Sekian lama mimpi punya rumah, akhirnya bisa juga terwujud juga.
Meskipun ukurannya kecil...
Meskipun lokasinya kata orang-orang tua jaman dulu kalau rumah jauh itu dibilang tempat jin buang anak..
Biarin deh....
Yang penting sekarang kami sudah punya rumah.
Rumah di atas tanah.
Rumah milik sendiri.
Rumah impian.
Kalau boleh cerita sedikit di sini bagaimana kisah kami sampai akhirnya punya rumah...
Berawal dari 2013, kami berkeinginan kuat sekali mau punya rumah sendiri. Pingin ngerasain tinggal bertiga aja ngejalanin kegiatan kami dari rumah sendiri. Maklum yaa, kami ini nomaden bertahun-tahun.
Dari awal merit tinggal di planet lain aka Bekasi..
Trus punya si Boy pindah ke rumah orang tua di Cengkareng
Si Boy kira-kira 2,5 tahun sempet ngerasain tinggal di apartemen Gading
Sebelum akhirnya apartemen itu dijual ke keluarga suami untuk DP rumah yang lokasinya masih dekat dengan rumah orang tua.
Nah disinilah kacrutnya....
Kami tergoda dengan iming-iming developer yang memberikan penawaran 60x cicilan ke developer. Apalagi saat itu rumahnya terbilang cukup miring harganya untuk daerah situ. Jadilah kami sepakat beli rumah itu.
Beberapa bulan kemudian kami sudah deal dan sudah menjalankan kewajiban kami...
Loh kok gak ada juga pergerakan dari developer untuk bangun perumahan itu.
Rasanya kok sama aja ya dari sejak kami beli.
Hanya sebagian rumah yang sudah dibangun, masih ada yang tampak batu batanya, ada yang sudah disemen sebagian, ada juga yang baru tiang-tiang pancang.
Tukang gak kelihatan ada yang kerja,
Mobil-mobil pengangkut tanah juga gak keliatan,
Rumput-rumput juga masih tinggi, belum ada yang dibabat sama sekali
Semacam kota mati tanpa penghuni gini wilayahnya.
Mulailah kami curiga.
Mulai tanya-tanya dengan orang-orang sekitar komplek situ
Tapi semua jawabannya gak meyakinkan, bikin hati makin kecut aja.
Sampai ada satu waktu, entah gimana caranya, semua pembeli rumah komplek itu tiba-tiba berkumpul di salah satu rumah contoh.
Oalaaah, ternyata memang sudah jalanNya kalau ada yang gak beres ya dengan developer ini
Singkat cerita, ketahuan lah kalau ternyata emang developer ini nakal. Sangat..sangat tidak bertanggung jawab. Beberapa kali para calon penghuni ini minta ketemu dengan ownernya, mau nanya baik-baik kenapa rumah-rumah kami gak dibangun. Berkali-kali juga si owner mangkir, dengan seribu alesan kampretnya.
Sampai di satu titik, gue dan Ali minta uang kami kembali. Dikasih lah kami dengan 3 giro. Seneng dong, karena usaha kami berhasil, dapat giro. Artinya uang kami bisa kembali.
Giro pertama keluar, yang langsung kami jadikan DP untuk rumah yang mungil diatas tadi.
Giro kedua, jreng...sampai di bank, dinyatakan uang dari developer kurang untuk bayar kami. Lapor ke pihak developer, uang kami hanya ditransfer setengahnya dari jumlah giro kedua.
Giro ketiga...jreng...jreeeng....BODONG!!!
Lemes banget waktu kejadian ini.
Dan sampai tulisan ini ditulis, uang kami masih ada di pihak developer dan kami masih terus mengusahakan uang kami kembali.
Semoga aja masih ada jalanNya yaaa
Setelah tau kalau kami tidak bisa terima uang kami, pikiran langsung ke cicilan rumah yang barusan kami DP. OMG, gimana cara bayarnya niih.
Tuhan memang sayang sama kami.
Dia banyak mengirimkan malaikat-malaikat yang menyodorkan tangan untuk kami
Dia banyak mengirimkan malaikat-malaikat yang menyodorkan tangan untuk kami
Selalu ada jalan yang Dia berikan sampai akhirnya selesai juga cicilan rumah kami ini.
Rumah impian kami, rumah masa depan kami...
Terima kasih Tuhan atas penyertaanMu setiap saat!