01.22 - Lievell

Tuesday, January 25, 2022

2:53 PM

Ourselves - Panca Indera

Ourselves - Panca Indera


Kebetulan sedang membahas tentang panca indera, rasanya jadi tepat banget kalau di edisi tulisan kali ini gue berbagi cerita pengalaman pribadi aja. Tepat seminggu yang lalu, akhir minggu kedua di Januari, gue mengalami sakit di pencernaan yang cukup hebat. Ini bukan pertama kalinya gue menderita sakit seperti ini. Rasanya kalau diingat-ingat lagi sudah dari usia sekolah gue selalu bermasalah dengan pencernaan. Dan seperti orang bebal, gue kerap kali mengulang kesalahan yang serupa.


Kelemahan gue yang paling utama adalah tidak bisa melihat makanan enak. Masalah yang lainnya lagi adalah semua makanan selalu enak buat gue. Jadi bisa dibayangkan betapa lemahnya pengendalian diri gue ketika melihat ada makanan di depan mata. Apalagi kalau judulnya gratis! 😎😎 Jadi ingat jaman kuliah dulu. Gue punya prinsip, kalau ada makanan yang gratis kenapa harus beli. Geng kuliah gue hafal banget kebiasaan gue ini nih karena gue sering banget malak makanan mereka ataupun minta dijajanin sama mereka. Baiknya mereka punya teman kaya gue. #eh kebalik yak…

 

Kembali ke cerita sakit yang gue rasain (sukurin lo!) eh rasakan. Akhir minggu itu gue banyak mengkonsumsi gluten yang tanpa disadari memicu pencernaan gue. Mendadak perut gue sakit gak ketulungan di dini hari. Seperti ada demo besar-besaran di dalam perut. Sontak para pendemo itu minta keluar dari perut dalam rupa muntah dan diare. Dan di hari Senin pagi itu gue sudah 4x muntah ditambah 1x diare tanpa bentuk selain cairan kuning. Lemas tak berdaya rasanya dengan perut yang bergejolak kawula muda – macam Prambors FM ya. 😂 Ditambah dengan bunyi geluduk kecil-kecil di dalam perut, sama persis dengan cuaca di hari itu yang ditemani oleh geluduk dan hujan.

 


Iya, gue ini termasuk yang tidak kuat dengan gluten. Padahal gue cinta mati sama mie! Pernah ada pengalaman tepar tak berdaya juga karena mie. Satu waktu gue mengkonsumsi mie sekitar 4-5 kali dalam seminggu dan tentu setelah itu perut meronta-ronta kesakitan. Sama seperti rasa sakit yang terakhir gue derita. Segitu gagalnya gue menahan nafsu melihat mie. Tapi sejak itu gue agak kapok. Seperti dalam pertemanan yang kurang sehat, mie ini membawa pengaruh buruk dalam hidup gue. Jadi gue terapkan peraturan untuk mie ini. Kami tetap berteman, tapi perlu jaga jarak. Cukup makan mie seminggu sekali aja. Supaya hasrat makan mie tetap terpenuhi dalam porsi sewajarnya, tidak barbar seperti sebelumnya. Dan berhasil dong! Yaaaayy.

 

Permasalahan mie sudah bisa dikendalikan, meskipun harus melewati rasa sakit yang luar biasa dulu. Nah untuk sakit yang gue alami seminggu yang lalu sebetulnya hasil dari pengalaman yang serupa juga. Ternyata perut gue bukan hanya bermasalah dengan mie, tapi beberapa gluten mulai bereaksi yang sama ketika dikonsumsi berdekatan waktunya. Sehingga pengalaman sakit kemarin mengajak gue untuk belajar lagi untuk lebih mengendalikan mulut.

 

Begitulah ketika mulut sudah menjadi tuan untuk diri kita. Dan sejujurnya gue pun gak bisa menjanjikan gue tidak lagi jatuh ke dalam lubang yang sama, karena perkara makanan ini memang momok besar banget buat diri gue. Tapi setidaknya dengan prinsip CM untuk tetap berada di tengah-tengah penting banget gue terapkan dalam urusan perglutenan dan pencernaan ini. Supaya tidak ada lagi kasus-kasus demo besar di dalam perut hamba...😂😂