Kenapa sih gue sering tulis dan posting di sosmed tentang pendidikan, parenting dan edukasi diri sendiri sekarang ini?
Karena gue merasa, gue bukan orang baik untuk diri gue sendiri. Makdarit...maka dari itu...gue merasa sangat bertanggung jawab untuk 'benerin' diri gue sendiri dulu, baru bisa menjadi orang tua yang baik buat si Boy.
Pernah gak sadari kalau hidup kita sekarang ini penuh dengan ketakutan, kegalauan, resah, banyak masalah dan jadinya sering marah-marah, parahnya lagi jadi suka bersinggungan dengan orang-orang sekitar?
Ya kalau ada yang gak seperti itu artinya udah keren banget penguasaan dirinya. Bravo!!
Gue sendiri adalah orang yang merasa semakin tua kok masalah semakin banyak. Bener sih kalau orang bilang, "ya iyalah, namanya juga hidup masalah ya pasti selalu ada." Tapi kok setiap masalah berasanya bukannya kelar, tapi malah jadi bergulung menjadi bola salju yang siap menggelinding dan mejretin kita. Alias, kalau gak diselesaikan masalahnya, ya masalah akan jadi tambah besar....besar...dan besar...lalu menimpa kita dan menjadikan kita merasa yang paling tertindas lah, paling merasa menderita lah. Ujung-ujungnya frustasi.
Ughh....jangan ditanya berapa kali dalam hidup ini gue merasa frustasi menghadapi masalah. Bisanya ngeluh, marah-marah, nangis dan ujung-ujungnya jadi dendam. Dendam sama masalah yang ada.
Nah karena sering seperti inilah, gue merasa yang salah sepertinya bukan orang di luar gue deh. Justru gue merasa yang salah adalah diri gue sendiri. Jadi yang perlu diperbaiki ya diri gue sendiri.
Mulailah perjalanan gue dari level yang paling bawah. Level dimana kondisi diri gue sudah sampai tengkurep, lemas tak berdaya, gak tau mau ngapain lagi. Kondisi paling terparah sepanjang hidup.
Pernah gak merasakan hanya punya uang tinggal 100 ribu dalam kondisi sudah berkeluarga dan hutang dimana-mana?
Kami pernah!
Ini yang kami sebut adalah kondisi paling terparah sepanjang hidup berkeluarga kami. Dimana uang ditangan hanya tinggal 100 ribu dan kami gak tau harus kerjain apa. Otaknya buntu untuk mikir. Sedangkan hutang dimana-mana. Hutang dengan saudara, hutang dengan bank, hutang dengan semua pihak yang baik hatinya. Banyaak deh. Dan jangan ditanya berapa kali kami didatangin debt collector yang tau-tau nongol di depan rumah disaat kami mau antar si Boy les. Jadi ya cuma bisa ngintip dari dalam rumah dan nungguin si debt collector pergi. Hihihi....main kucing-kucingan.
Jangan ditanya pula bagaimana kondisi psikologis gue dengan si Mas Bro, yayank gue atu-atunya itu. Bisanya cuma ngeluh, nangis gak karuan, marah-marah, ngajakin doi berantem. Dimana saban kali berantem sama doi, si Boy kerjanya tutup kuping. Huhuhu....bad parents banget ini iiih.
Ternyata, pelajarannya datang dari situ.
Level pertama yang harus gue lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan masalah yang ada. Terima apa yang terjadi saat itu. Sadari kalau memang masalah ada. Terima dan sadari bukan berarti hanya di mulut aja loh, tapi bener-bener sampai ke alam bawah sadar bahwa ya benar saya menerima kondisi saya saat ini. Gak iri dengan rumput sebelah yang lebih hijau. Kalau bagian nerima sudah selesai, biasanya jalan pelan-pelan akan terbuka.
Level pertama kelar, saatnya berdamai dengan si Mas Bro. Ternyata kerukunan dalam rumah tangga itu sangat...sangattt diperlukan. Selama ini kerjanya kompleeeen terus, marah-marah terus, ngegerendeng teruuus minta si Mas Bro berubah. Oalaaah, ternyata yaaa yang harus berubah tuh ya gue!! Hellowww...selama ini gue kemana ajaaa...#jedotindirisendiri.
Mulai lah level kedua...memperbaiki hubungan dengan yayank gue sehidup semati ini....Mulai bisa nerima dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dulu kan hanya nerima kelebihan berat badannya aja yaaa....sekarang sudah bisa nerima segala kekurangannya. Kekurangan yang ternyata dilihat dari kacamata kita loh.
Sudah kompak, sudah terima, sudah sering berpelukan ketimbang berantem...pelan-pelan jalan terbuka...
Pengalaman pegang uang hanya 100ribu gak dialami sekali dua kali loh, seriiing! Hahahaha
Dan hebatnya, mujizat selalu ada. Tiba-tiba aja datang gak terduga. Tau-tau dapet project 100 paket untuk baby new born yang minta dibikinin dalam 1 minggu harus kelar. Tau-tau dapet project dekorasiin rumah temen karena baru pindahan. Yang artinya bisa ke pasar untuk seminggu ke depan.
Oalaaahh.....pertolonganNya tidak pernah terlambat.
Masalah-masalah ya selalu datang, setiap selesai dengan satu masalah yang ada, pasti akan datang masalah baru. Biasanya adalah masalah dimana kita sebenarnya bermasalah dengan karakter kita dan diminta untuk menyadari dan mau berubah untuk menjadi karakter yang lebih baik dari diri kita sendiri. Kalau datang masalah yang sama, artinya ya belum kelar dengan masalah sebelumnya dan karakter kita belum banyak berubah.
Pernah juga ada di masa karakter gue dibentuk melalui pertemanan yang sudah terjalin beberapa waktu. Bisa banget di setiap geng, komunitas ataupun kelompok gue bersinggungan dengan orang-orang di dalamnya. Disini gue banyak belajar banget untuk bisa menyadari karakter jelek gue yang sudah seharusnya dirubah. Ini sangat dibutuhkan kelegowoan hati untuk mau dibentuk karakter kita oleh alam yang diwujudkan dari orang-orang sekitar.
Meskipun sampai sekarang, dan mungkin akan seterusnya, gue masih harus banyak diasah oleh alam dalam berkarakter di pertemanan. Tapi gue yakin, semakin kesini gue bisa jauh lebih baik. Semakin menyadari, semakin bisa tulus dan iklas untuk menerima masalah yang ada dan siap untuk mengucap maaf untuk sesuatu yang mungkin gak salah. Tapi setidaknya kelegaan sudah ada di dalam hati.
Bener banget gue memilih jalur Homeschooling saat ini. Ternyata bukan hanya anak aja yang perlu belajar. Biangnya juga! :D
Homeschooling ini justru pembelajaran orang tua untuk gak mikir orang tua yang paling benar, orang tua yang paling tahu segalanya. Orang tua yang perlu belajar. Dan ternyata benar, belajar itu bukan hanya dari sekolah aja dan bukan berhenti setelah selesai kita lulus kuliah, selesai ketika melahirkan. Justru setelah melahirkan ini lah, pembelajaran menjadi orang tua dimulai dan gak akan selesai sampai maut datang. Dan HS pulalah yang banyak merubah gue menjadi orang tua yang mau belajar. Belajar untuk mendengar diri sendiri, belajar menjadi teman hidup yang bener buat Mas Bro, dan pastinya terus menjadi orang tua yang baik buat Mas Boy.
Inilah kenapa saat ini gue sangat concern banget dengan ketiga hal tadi. Edukasi diri sendiri, Parenting dan Pendidikan. Tanpa ada kesadaran dari diri sendiri, gue gak akan bisa menjadi orang tua yang baik. Ini aja kadang masih bablas dan masih banyak belajar dari kanan kiri atas bawah depan belakang dengan orang-orang yang lebih humble dan lebih bisa menguasai diri. Bersyukur aja semakin kesini jalan itu semakin dilapangkan oleh semesta. Banyak jalan dengan diketemukan dengna orang-orang humble yang siap membagi ilmunya ke kami.
Puji Tuhan, masalah pelan-pelan selesai. Hutang-hutang sudah dapat dibayarkan. Hubungan kami bertiga jauh lebih baik ketimbang dulu. Hubungan dengan keluarga juga jauh lebih baik. Sebisa mungkin kami menjaga diri dalam berbicara dan berperilaku dalam berhubungan dengan teman atau sahabat. Dan yang pastinya menerima kondisi kami saat ini.
Puji Tuhan, masalah pelan-pelan selesai. Hutang-hutang sudah dapat dibayarkan. Hubungan kami bertiga jauh lebih baik ketimbang dulu. Hubungan dengan keluarga juga jauh lebih baik. Sebisa mungkin kami menjaga diri dalam berbicara dan berperilaku dalam berhubungan dengan teman atau sahabat. Dan yang pastinya menerima kondisi kami saat ini.
Terima kasih untuk segala hal yang terjadi...