Merombak Homeschool si Boy - Lievell

Saturday, November 4, 2017

Merombak Homeschool si Boy


Belakangan ini gue sangat fokus sekali dengan homeskuling kami. Ada beberapa hal yang gue perhatikan, semakin besar si Mas Boy semakin banyak hal-hal yang kurang berkenan di diri dia yang rasanya gue sendiri mulai agak susah mengontrolnya.


Sebut aja konsistensi dalam belajar yang dirasa sangat kurang banget. Lagi-lagi alasannya disini adalah keterbatasan waktu dari orang tua, disini sebenarnya lebih banyak gue sih yang mendampingi dia belajar karena si babeh kan udah mulai rutin kerjanya di kantor. Beberapa kali gue harus tarik urat untuk urusan belajar di rumah. Hampir setiap hari harus diingatkan untuk belajar, dan hampir setiap hari pula keliatan dari mukanya dia enggan banget kerjain soal-soal itu.

Situasinya jadi seperti ini, si emak sibuk di dapur nguprek-nguprek sampai jadi masakan yang bisa dimakan seluruh keluarga, sambil nyuruh-nyuruh si Boy ngerjain soal-soal tanpa didampingi emaknya. Belum lagi setelah doi kerjain soal-soal itu, si emak gak langsung periksa. Jadilah itu seonggok tumpukan kertas-kertas yang bisa seminggu atau dua minggu kemudian dirapel untuk diperiksa. Lalu sisa waktunya dipakai untuk nonton YouTube aja. Ampuuun deh.

Selain itu soal etika dan sopan santun yang dirasa semakin gede nih bocah semakin punya kehendaknya sendiri. Belum lagi kalau bicara yang suka menghentak dan teriak-teriak. Ditambah lagi semua itu dihadapi sama si emak dengan omelan panjang dan nasehat yang gak berenti-berenti.

Sadar banget ini adalah tumpukan pekerjaan gue yang harus segera gue selesaikan secepat mungkin dan sangat salah gue banget yang menganggap si Boy harusnya sudah bisa berubah. Pokoknya sampai titik ini gue sadar banget, gue yang harusnya berubah, bukan si Boy.


Ada satu momen dimana gue tersadar. Ketika dalam perjalanan pulang di kereta dari Semarang menuju Jakarta, teman perjalanan pulang gue membuka pikiran gue. Sebut saja nama teman perjalanan gue, Annette. :P
Kami banyak ngobrol soal homeskuling yang kami jalankan. Dari situ nyadar banget selama ini homeskuling gue ini gak ada apa-apanya. Entah apa yang gue jalanin ini. Pastinya dari ngobrol-ngobrol itu kami banyak menyinggung metode Charllote Mason dan mata kayanya langsung melek.

Dari obrolan singkat perjalanan pulang itulah, ya iyalah singkat, karena setelah ngobrol si ibu satu itu ngorok sepanjang sisa perjalanan trus gue ditinggal sendiri sambil melihat ke pemandangan luar dan juga jagain tas dan koper biar gak dicolong orang. Capek kayanya si ibu ini bawa-bawa gembolan di depan perutnya, aka lagi hamil gede booo. Hihihihi....


Ya, dari obrolan singkat perjalanan pulang itulah yang membuat gue tersadar. Jadilah sepulang dari situ gue membuka lagi buku yang udah lamaaaaaa banget gue tinggalin belum selesai dibaca. Buku Cinta Yang Berpikir. Gue lanjutkan lagi bacanya. Kemana-mana gue bawa buku itu, biasanya pas lagi nungguin si Boy kegiatan di Rockstar. Sambil juga mulai browsing di Ambleside Online, salah satu situs untuk melihat kurikulum CM.

Plus mulai banyak nanya-nanya sama Nuni yang di malam terakhir sebelum pulang ke Jakarta, kami sempatkan kulineran di Semawis. Kami sempat ngobrol tentang CM ini dengan Kak Ellen yang memang sudah menjalani metode ini cukup lama sambil makan malam bersama. Tapi sayangnya obrolan terhenti karena gue dan teman perjalanan gue tadi itu harus pulang agak pagi besoknya.

Nuni dan Mas Ian mulai menerapkan metode CM untuk anaknya, jadi sepertinya gue boleh lah mulai kepo nanya-nanya ke mereka. Beberapa kali gue colek Nuni untuk ngobrol tentang CM dan persiapannya. Sambil baca buku CYB dan mempelajari kurikulumnya di Ambleside Online tadi.

Sayangnya ada satu pertemuan akbar para praktisi CM yang gue telat dapat infonya. Agak menyesal gak ikutan di acara itu. Tapi untungnya sempat diadakan workshop kecil-kecilan di Jakarta yang dibawakan oleh Ayu Primadini dan Priska yang memang praktisi CM. Langsung deh gue ikutan untuk tau lebih tentang CM ini. Sempat juga jadi japrian dengan Ayu untuk tanya-tanya. Dan ada satu lagi yang selalu gue colek kalau nanya2 soal CM, yaitu Kak Marsug. Pokoknya gerilya terusssss. Hahahhahaa. Semoga orang-orang ini sabar yaa menghadapi pertanyaan-pertanyaan gue yang bejibun. Tabahkanlah mereka yaa. :P

Sampai akhirnya mantap merubah cara homeskuling kami dengan metode CM. Tepatnya di awal Oktober ini kami mantap mengganti sistem HS kami dengan Charlotte Mason.

Seperti semesta mendukung, semua jalan dibukakan.

Kami memutuskan memberhentikan Mas Boy dari Rockstar Gym akhir September lalu setelah beberapa bulan belakangan galau dengan aktivitas dalam ruangan ber AC yang setiap datang kesana aja penunggunya harus pakai mantel coba. Kebayang kan ACnya dinginnya kaya apa. Brrr.....
Akhir September kami putuskan berhenti dari RG dan mulai melirik kegiatan outdoor. Si Boy memilih basket di klub Gading Muda.

Selanjutnya adalah di bulan September itu juga, deKaplongan mengajak Siti Andriani aka mba Andri untuk mengajarkan kami cara mengajari Matematika ke anak-anak. Ya ampun, seperti terbuka sekali jalannya ih. Dan gue pun memutuskan untuk mengulang kembali dari dasar untuk mengetahui sudah sampai mana rantai Matematika si Boy. Baca di sini ya tentang pembelajaran Matematika kami.

Mantaplah kami merombak sistem HS si Boy.


Saat ini kami sudah sampai di week 6
Sudah mulai kelihatan perubahan dari gue dan si Boy. Kami sudah mulai terbonding kembali, karena hampir tiap hari gue duduk bareng sama doi dan sama-sama belajar materi dari CM. Bondingan dengan si Babeh pun juga jadi lebih baik.

Dari yang awalnya masih kagok untuk narasi, sekarang doi sudah mulai lancar. Awalnya bingung dengan cerita-cerita yang dipaparkan, sekarang sudah mulai terbawa arus cerita. Bahkan ini emaknya aja seneng dan ngikutin cerita-ceritanya.

Dari yang gak suka baca buku, sekarang sudah mulai menyukai rutinitas ini. Hampir bisa dibilang tontonan sudah berkurang, meskipun setiap harinya masih ada minta waktu untuk YouTube-an.

Konsistensi dalam belajar pun juga sudah membaik. Bahkan beberapa kali si Boy duluan yang ngajak belajar.
"Mama, ini jadinya mau belajar apa aja hari ini?"
"Mama, belajarnya mau kapan?"
"Mama, segini doang nih belajarnya?"
"Mama, bangun dong, Izzie mau nonton, tapi Mama bilang kan tunggu selesai dulu belajarnya." - ini emaknya ijin tidur siang padahal lagi bacain cerita. Gubrak deh emaknya!!!

Pelan dan semoga pasti, karakter dan sifat-sifat yang tadinya kurang berkenan, pelan-pelan mulai bisa dirubah. Etika dan sopan santun yang selama ini jadi momok banget buat gue, sekarang sudah mulai bisa terkontrol. Bahasa dan cara berbicara juga jauh lebih sopan, meskipun mungkin masih ada sisa-sisa dari kebiasaan kemarin-kemarin.

Memang benerr banget kalau anak itu cerminan orang tua. Orang tua punya pengaruh besar dalam mendidik anak. Semoga yaa gue dan si babeh bisa terus mengupgrade diri menjadi orang tua yang baik. Masih tetep PR buat kami, lebih-lebih soal konsistensi. Menjaga diri kami dalam berbicara, bertindak dan bepikir.

Doakan ya semoga homeskuling kami lantjar djajaaaaa....<3 <3

No comments:

Post a Comment