Bulan April ini sesuatu
banget.
Dimulai dari rencana ke Bandung
yang tertunda. Supposed to be kita pergi ke Bandung di akhir bulan Maret,
bertepatan dengan ulang tahunnya Mas Boy. Tapi setelah hasil pertimbangan yang
sudah dibahas bareng, akhirnya jalan-jalan ke Bandung ditunda setelah puasa
aja. Pertimbangannya begini; kebetulan sekali keberangkatan kita ini pas banget
dengan seminggu sebelum puasa dan akhir bulan. Perkiraannya Bandung bakalan
rame dengan orang yang sudah gajian dan kepengen hepi-hepi sebelum mulai puasa.
Jadi, fix deh diputuskan mundur ke minggu kedua puasa.
Senin, 4 April...
Hari itu gue ada trial anak les
di daerah Jatinegara. Gue dianter Ali dan Mas Boy yang ternyata mau ikutan
juga. Baru aja keluar belok kiri dari kawasan apartemen, keadaannya sudah
macet. Itu sekitar jam 8 pagi. Karena ini adalah lokasi baru, Ali minta Mas Boy
yang kebetulan duduk di sebelah untuk mencarikan rute ke sana. Dalam hitungan
detik, buk! Bemper depan Mister POO ciuman dengan sebuah mobil di depannya.
Saat itu gue mencoba santai, meskipun rada kesel juga Ali kurang hati-hati.
Singkat cerita, Ali dan yang
punya mobil janjian untuk membereskan ini setelah urusan kerjaan gue selesai.
Gue pun diantar ke Jatinegara dan bertemu dengan anak les terkecil yang pernah
gue ajar, 19 bulan aja bok! ππSekelar gue dengan urusan anak les, Ali pergi
bertemu dengan pemilik mobil ini, sambil berharap semua akan beres baik-baik
aja.
Begitu pulang sorenya, Ali
cerita kalau yang datang bukan suaminya yang tadi pagi ditemui melainkan
istrinya yang cukup merepotkan. Mulai dari asuransi mobilnya yang sudah habis,
pilihan bengkel yang dimau sampai minta dibayarkan biaya harian ketika mobil di
bengkel. Wah. Cukup bikin pening juga ini. Tapi di balik kesulitan yang dibuat-buat
oleh si ibu ini, kita cukup merasa beruntung juga sih. Ketika dia bilang kalau
asuransi mobilnya habis, ada asuransi mobil kita yang bisa mengganti biaya
perbaikan mobilnya itu. Namun sayangnya bengkel yang diminta si ibu ini tidak
termasuk dalam list asuransi kita. Lagi-lagi masih diberi kemudahan oleh
semesta, asuransi mobil kita bisa pakai sistem reimbursement.
Tapi untuk hal terakhir yang
diminta oleh si ibu yang ber-ras sama dengan kita ini bikin spaneng. Sempat
juga jadi bahan kekesalan gue ke babang. Tapi setelah gue sadari memang bapak-bapak
gak pernah menang kalau lawan ibu-ibu. Jadi dengan kesadaran penuh, gue perlu
turun melawan si ibu ini. Tentunya dengan persiapan peluru yang mapan dong sebelum
perang. Gue konsultasi dulu dengan seorang teman yang paham banget soal hukum,
bahkan darinya gue diajari bagaimana menghadapi si ibu ini. Oke, baiklah, gue
siap maju perang.
Begitu besoknya gue harus
berhadapan dengan si ibu ini, dengan standar muka gue ini gue maju. Mas Boy
selalu bilang muka gue tuh songong kaya mau ngajakin berantem kalau ngadepin
ibu-ibu rese begini, dan iya gue pasang settingan muka seperti itu, tapi
tentunya gak pakai nada tinggi ya. Adu argumen biasa aja sih. Tanpa disangka dengan membawa undang-undang
lalu lintas yang gue singgung-singgung itu si ibu ini tidak mau lanjut minta
dibayarin transportasi harian. Karena kalau sampai lanjut dan berujung ke
polisi, gue juga yang mengkeret sih. ππ
Dan perkara mobil ini pun beres
sebelum kita pergi ke Bandung. Tentu diakhiri dengan minta maaf ya ke si ibu
ini, dan berusaha menjaga hubungan kembali baik. Sesaat gue merasa menang atas
kendali diri gue. Ternyata gue bisa juga berargumen tanpa pakai emosi. Cieeeee……satu
kemajuan dah ini…π
Sabtu, 9 April – Senin, 11 April
Here we go, Bandung! Aseli dah
lama gak jalan-jalan ke luar kota. Betapa bahagianya sih perjalanan ini, benar-benar
menikmati setiap waktunya di Bandung.
Hal yang paling gue senang adalah
kemampuan adaptasi gue dengan kasur di hotel. Gue nih termasuk orang yang
paling susah tidur kalau bukan di kasur sendiri. Jadi rada rumit emang gue kalau
nginep-nginep gini. Karena hotelnya adalah pilihan gue sendiri – gue rada maksa
memang harus nginep di tempat ini – jadi gue mencoba berdamai dengan situasi
yang memang gue pilih sendiri. Sempat ada setan pikiran yang mengganggu begitu
lihat satu titik kecil bekas darah di selimut, tapi untungnya gue bisa mengalahkan
itu. Kemenangan banget deh ini. Wohooo….
Di saat lagi enjoy banget di
Bandung, tiba-tiba Mister POO mengalami rem blong. Memang sih Mister POO selama
di Bandung ini agak kewalahan ketika diajak jalan naik turun yang rada curam. Bagus
dia gak jantungan sih, tapi mesin sempet panas aja gitu. Jadi begitu rem mendadak
ada masalah, kita diarahkan ke bengkel terdekat. Sempet rada cemas kita akan
kena dikerjain oleh bengkel, tapi ternyata tidak. Mereka justru baik banget. Rem
Mister POO dinyatakan tidak blong, hanya sedikit ada udara karena gak terbiasa
perjalanan naik turun itu. Ibarat manusia mah paru-parunya rada engap dia. Kudu
dibantu pernapasan aja dikit. Begitu sudah dibantu sedikit, Mister POO sudah
kembali normal.
Lagi-lagi ya, pikiran ini sering
banget bikin drama macem-macem padahal kejadian aja belum. Merasa beruntung
masih dijaga oleh semesta dengan diberikan orang-orang baik yang sama sekali
tidak mematok harga tinggi untuk masalah mobil kita ini. Cukup 50 ribu saja. Dan
yang terutama tidak perlu berujung harus berurusan panjang karena rem ini. Puji
Tuhan.
Paskah – Minggu, 17 April
Tumben banget ini ada niat mau ke
gereja Paskah tahun ini. Meskipun aseli ribet banget urusan dengan pendaftaran
untuk ikut misa, tapi akhirnya kita ikut misa juga di pagi Paskah ini. Hmm,
menurut ibu ketua lingkungan gak ribet kok. Ketauan banget dah gue jarang ke gereja.
Perkara daftar misa mudah aja jadi sulit. *tutup muka* ππ
Setelah misa rencananya mau makan
bakmi di daerah Sunter. Kata Youtuber yang pernah kita tonton, bakmi di sini
mirip banget sama bakmi GM – dari jenis mienya, pangsitnya dan nasi gorengnya.
Penasaran dong kita, apalagi harganya rada miring dari yang aslinya. Udah
semangat banget nih kita ke sana, eh begitu sampai ternyata bukanya jam 11
siang. Sedangkan waktu baru pukul 9 kurang. Grrr…
Bingung mau kemana akhirnya jalan-jalan
muterin Sunter lalu ke Kemayoran, macam orang hilang arah aja lah. Lagi santai
jalan eh mendadak AC mobil gak ada angin dinginnya. Ditambah kejadian seperti
ada sesuatu yang kita tabrak tapi agak kenceng bunyinya sebelum kejadian AC panas
itu. Melipir sebentar untuk ceki-ceki, betul aja ada yang jatuh entah apa itu. Untungnya
tidak jatuh di jalanan tadi, tapi di satu lempengan di bawah mobil.
Akhirnya kita mulai mencari bengkel
AC di daerah Sunter. Kebetulan ada yang buka. Masuk lah Mister POO ke bengkel
tersebut. Diperiksa sebentar sambil memberikan barang temuan kami itu ke Mas
Bengkel. Pokoknya ya kalau sudah urusan bengkel mobil apalagi AC mobil
bawaannya udah dag dig dug duer. Pikiran udah kebajak duluan aja dengan rasa
takut dibohongin gitu lah.
Lagi-lagi…pikiran terlalu banyak
kebanyakan mikir. AC mobil kembali dingin setelah Mas Bengkel memasang kembali
barang yang kami temukan itu ke bagian semestinya. Duh, gak kebayang kalau tadi
hilang di jalan. Ternyata memang masih banyak orang baik di sekitar ya. π
Malamnya..
Setelah menikmati Bakmi GM ala-ala
Sunter itu, mendadak Ali berkabar kalau perutnya sakit. Sempat gue minta untuk
meditasi. Minum obat parasetamol. Tapi ternyata mukanya tambah pucat, sakitnya
menjadi. Malam itu juga gue bawa doski ke UGD terdekat.
Mungkin ini yang menjadi momen
paling luar biasa di April ini. Ali terpaksa harus rawat inap malam itu dan
diperiksa ini itu. Khawatir jelas, tepatnya lebih ke biaya. Bersyukurnya tahun
lalu gue sudah memproteksi kita bertiga dengan asuransi Allianz. Langsung gue
telpon Christian.
Christian ini sahabat gue sejak
kuliah. Pernah satu waktu gue dan dia dapat tawaran kerja jadi freelancer WO
bareng, dan kita diminta datang untuk briefing gitu deh ya. Kebetulan gue minta
nebeng motornya. Saat itu belum ada GMaps, dia tulis patokan-patokan jalan di
kertas yang ditempel di dashboard motornya. Dia emang niat banget sih. Tapi ya itu karena
kita gak tau jalan, padahal cuma ke Kelapa Gading doang. Dan itu pun tetep
kesasar. Ya ampun cupunya dua anak Jakarta Barat ini yeee. ππ
Nah, seiring dengan waktu,
Christian menekuni profesi jadi agen asuransi. Singkat cerita, gue selalu
bilang ke Ali, ketika nanti kita punya uang lebih dan bisa punya asuransi, gue
hanya mau agen asuransi gue itu Christian. Dan tahun lalu kita ada rejeki untuk
punya asuransi buat bertiga.
Ali ini harus operasi, karena ada
batu di kantung empedunya yang harus segera diangkat. Begitu kata dokter yang
menangani. Tentu gue worried banget dengan biaya yang akan dihadapi. Galaunya
gue, kalutnya gue, khawatirnya gue dihadapi tenang sama Christian. Aseli,
jempol gue empat biji buat lo dah, Chris! Sabar banget sama resenya gue. ππ
Puji Tuhan, semua yang dijalanin
selama di rumah sakit tercover sempurna, tanpa keluar uang sepeser pun –
kecuali bayar Gocar, Gojek, makan gue aje. Dan perlu banget gue bilang berapa
biaya yang dicover oleh asuransi, sebesar Rp 94.250.000,- aja. Iyaaaa, angka
yang besarrrr buangeeett. Gue hampir pingsan lihat angkanya, tapi pengen bangun
cepet-cepet begitu tahu semuanya dicover paripurna oleh asuransi. Selesai urusan
pembayaran gue langsung telpon Christian dan girang banget. Merinding ya
ampun!!!
Entah apa yang menjadi perjalanan
kita ini di bulan April ini, tapi yang pasti luar biasa. Seperti luar biasanya
teman-teman sayang sama gue. Yang cukup terharu adalah gue dikirimin makanan
selama di rumah sakit, sepulangnya pun, sampai gue ulang tahun. Mas Boy pun
tidak ketinggalan dapat berkat dari sayangnya teman-teman ini. Puji Tuhan kami
tidak kekurangan. Bahkan berlebih.
Gue juga bersyukur sekali selama
gue harus nemenin Ali di rumah sakit, Mas Boy tidak sekalipun mengeluh minta
ditemenin di rumah. Dia mampu menempatkan dirinya untuk bisa mandiri sesuai
dengan kemampuannya. Mungkin ini ya dinamakan ujian praktek kehidupan. Selama ini
kan hanya latihan terus menerus dimana gue masih nemenin. Tapi kemarin selama 4 hari 3 malam dia harus menghadapi hari-harinya sendiri tanpa gue ataupun bapaknya. Salut, Boy!
Senin, 25 April
Puncaknya di bulan April ini adalah…Ulang Tahun gue.
Di angka 3 terakhir tahun ini, gue bertekad untuk bikin SIM A yang dah 7 tahun mati. Kenapa selama itu? Jujurly gue males loh dengan ujian praktek yang berbelit-belit. Gue sih percaya gue pasti lulus. Tsaaah, sombong! Soalnya ujian hidupnya lebih susah, man. Coba aja kalau berani parkir di apartemen gue sini, kalau gak pake sutrisno dengan keringet segede biji jagung karena diklaksonin mobil padahal lo lagi berjuang parkir mobil dengan space sempit. Horor lah parkiran di sini. ππ
Dari semua yang gue alami selama ini, gue hanya bisa bersyukur dan bersyukur dengan segala berkat yang gue terima. Betapa Tuhan dan Alam Semesta ini baik sekali terhadap gue. Gue bisa merasakan kasih sayangNya lewat orang-orang terdekat yang datang dan memberi perhatian serta kasih sayang yang berlimpah untuk gue dan keluarga kecil gue. Terima kasih. Hanya itu yang bisa gue ucapkan dari lubuk hati yang paling dalam. ππ