Philosophy Education - Akal Budi dan Filsafat Pendidikan - Lievell

Friday, October 8, 2021

Philosophy Education - Akal Budi dan Filsafat Pendidikan


Manusia adalah makhluk spiritual. Bukan saja tubuhnya yang perlu diberikan nutrisi yang terbaik, akal budinya pun juga. Namun sayangnya, pendidikan yang dianut saat ini adalah pendidikan yang berpusat hanya pada kebugaran fisik. Ataupun pendidikan yang sekadar melatih manusia untuk mampu memiliki satu atau dua kemampuan untuk bertahan hidup. Kurikulum utilitarian ini seakan menjadi tolak awal kejatuhan moral bagi anak-anak didiknya.


Kita membutuhkan pendidikan yang mampu memelihara akal budi kita, tentunya selain dua hal di atas tadi – kebugaran fisik dan pelatihan kejuruan. Ya, kita memerlukan filsafat pendidikan. Suatu pendidikan yang mampu menyuburkan pikiran kita, mengembangkan kepribadian dan juga  pribadi yang berkualitas.

 

Beberapa hal yang menjadi tolak ukur supaya pendidikan filsafat itu menjadi efektif untuk diterapkan:

  •  Bukan tugas guru sebagai  pemikul tanggung jawab dalam pendidikan. Justru anak yang menggarap sendiri tugas bacaannya.
  • Guru hanya sedikit menjelaskan, tidak merangkumkan dan juga tidak memperluas apapun dalam pendidikan.
  • Anak diperkenalkan dengan prinsip sekali baca. Lalu, bacaan itu harus diuji dengan cara narasi ataupun menulis esai. Tentu tidak ada remidi dalam ujian.
  • Buku yang diberikan adalah buku yang terbaik. Buku yang tidak dipenggal atau dipersingkat, begitu juga bukan buku yang dibaca berdasarkan suka atau tidak suka. Biasanya buku bacaan ini akan dipakai selama 2-3 tahun dalam pendidikannya. Buku tebal yang berisi ratusan atau bahkan ribuan halaman.
  • Anak akan membaca banyak buku dalam mata pelajaran yang berbeda-beda, tapi anak tidak akan kebingungan kok.
  • Belajar demi kesenangan. Kesenangan yang datang bukan karena hasil dari guru yang mengunyahkan dengan cara yang dibuat semenarik mungkin ataupun dirangkumkan sampai anak tidak perlu usaha selain menelannya bulat-bulat. Tetapi murni dari buku yang menyenangkan dan menawan yang dbaca oleh anak.
  • Buku yang diberikan harus berkualitas sastrawi.
  • Secara mengejutkan, anak akan fokus dengan sukarela dan efektif ketika menggunakan sistem ini. Tidak perlu lagi nilai, hadiah, rangking, hukuman, pujian ataupun bujukan untuk menarik perhatian mereka dalam belajar.
  • Pelajaran seperti Matematika dan Tata Bahasa dibutuhkan disiplin yang tinggi. Nah, disinilah kemampuan guru diperlukan untuk membantu anak. Tentu kebiasaan memperhatikan dari anak juga masih tetap diperlukan ya.
  • Pelajaran tidak perlu diselingi dengan sesuatu yang remeh temeh untuk menarik perhatian anak.

 

Dengan gaya pendidikan seperti ini dapat dipastikan anak-anak dari kalangan kelas manapun mampu mendapat pendidikan yang terbaik. Namun tetap saja akan banyak yang yang tidak percaya dan berkata, “Masa sih belajar hanya dari baca buku saja?” Apalagi dunia saat ini sudah semakin maju dan berkembang. Teknologi sudah jauh kemana-mana. Rasanya sangat tidak relevan ya dengan situasi saat ini. Bisa jadi anak kita yang terdidik paling belakang. Hmm….mungkin kita bisa buktikan nanti di diskusi berikut, berikut dan berikutnya....ditungguin aja yaaaaa. :)

 

No comments:

Post a Comment