Negeri jiwa manusia memang indah, dan akan selalu indah. Tetapi, ada kalanya negeri ini sesekali dirudung mara bahaya. Namun, negeri ini mempunyai kemampuan untuk lolos dari bahaya yang mengancamnya. Apakah bahaya-bahaya yang selalu mengancam ketenteraman negeri jiwa manusia?
Bahaya Kemalasan
Hal yang paling umum terjadi adalah epidemi kemalasan.
Layaknya suatu virus, kemalasan ini cepat sekali menyebar sampai ke seluruh
negeri jiwa manusia. Seperti petani yang urung membajak dan menaruh benih, atau
seperti buah-buahan yang jatuh dari pohonnya karena lupa dipetik, bahkan sampai
membusuk. Seolah-olah kita ini malas untuk mengisi pikiran kita dengan sesuatu
yang baik. Melupakan potensi atau talenta yang sudah Tuhan berikan untuk digali
lebih dalam lagi, hanya karena kita diliputi rasa malas yang besar.
Selain itu, kemalasan ini juga diibaratkan seperti
kapal-kapal yang menganggur di pelabuhan karena tidak ada orang yang menginginkan
sesuatu pun dari luar negeri. Seolah ini menjelaskan kita ini terlalu malas
untuk bergerak, terlalu malas melihat kemampuan kita dan menjadi berguna bagi
orang lain. Sehingga orang lain pun enggan untuk melihat kemampuan kita karena
dianggap tidak mampu.
Membiarkan diri terlalu lama terlena dengan bermalas-malasan
dan berleha-leha, maka tidak heran ini akan membentuk satu kebiasaan dalam
hidup. Anggap saja seperti asupan bagi tubuh. Seringkali kita mengabaikan tubuh
yang perlu diberikan nutrisi, hanya diberikan makanan seadaanya. Berlindung di
balik kesibukan ataupun nanti-nanti lagi. Lupa kalau umur semakin bertambah,
lupa kalau sesuatu yang ditumpuk akan menjadi timbunan yang tinggi dan
sewaktu-waktu dapat meledak. Ya, semuanya dimulai dari rasa malas yang menaungi
kehidupan kita.
Bahaya Api
Api ini mempunyai potensi untuk bisa menjadi penerang dalam
kegelapan, tetapi di sisi lain api bisa juga menyebabkan satu kebakaran besar
yang meluas. Api ini diibaratkan seperti hasrat dalam diri manusia yang mampu
menguasai jiwa. Namun seringkali kita mencobai hasrat diri ini. Seperti hasrat
untuk mencari promo diskonan makanan dengan harga miring. Promo akan selalu ada
jika mencarinya. Tapi bagaimana kita mampu mengendalikan diri untuk tidak
terjebak berulang kali dalam lubang promo diskonan itu. Nah, di situlah PRnya! –
ini gue, iyaa, ini gue!! :D
Maka pepatah, “Janganlah bermain-main dengan api” itu
menjadi benar untuk diingat ya. Perlu hati-hati dalam menggunakan hasrat ini.
Apakah kita yang mengendalikan atau kita yang dikendalikan oleh hasrat?
Bahaya Wabah, Banjir dan Kelaparan
Dalam hidup, seringkali kita bertemu dengan masalah yang
tidak disangka-sangka. Seperti suatu negeri yang mendadak dilanda musibah. Tentu
saja datangnya tiba-tiba dan dalam sekejab membuat satu negeri menjadi pontang-panting menghadapinya. Tidak jarang musibah ini memporak-porandakan negeri itu
dan membuat pemerintahnya pusing tujuh keliling. Ya, seperti kita yang bertemu
dengan suatu musibah tanpa diduga. Sudah sebisa mungkin kita berhati-hati dalam
mengendarai mobil, tapi bisa saja kecelakaan itu terjadi. Memang bukan sesuatu
yang kita mau, tapi itu sudah terjadi. Lantas, apa yang mampu kita lakukan?
Ujian dalam hidup itu kerap sekali menjadi satu pemikiran
tersendiri. Memang ada hal-hal di luar kuasa kita sebagai umat manusia yang
tidak mampu kita kelola dengan akal pikiran kita. Ini menjadi satu pengingat
bagi kita untuk tidak menjadi sombong dan lebih rendah hati, pengingat untuk
terus memperbaiki dan meng-upgrade diri. Bisa juga menjadi inspirasi untuk
hidup. Dan bisa juga menjadi alat untuk kita bertransformasi menuju manusia
yang lebih baik lagi.
“Kenapa harus aku yang mengalaminya, bukan orang lain?” –
karena orang lain bukan lo, Tong. Tuhan mau kasih pelajaran hidup aja buat lo,
biar lo gak jadi manusia super sendirian. Paham ora, son!
Bahaya Perselisihan
Perselisihan dalam hidup bukan hanya terjadi antara manusia
dengan manusia lainnya. Namun seringkali terjadi perdebatan sengit dalam diri
manusia itu sendiri. Tiga piranti yang bernama Nalar, Kehendak dan Pikiran
inilah yang seringkali membuat persaingan menjadi tidak sehat di dalam diri.
Masing-masing mempunyai kadar keras kepala yang tidak sedikit. Mau menang akan
pendapatnya.
Sebut saja ketika Kehendak (si hasrat tinggi) ingin sekali
dipuaskan dengan makan bakmi. Wah, siapa sih yang mampu menolak rasa enak dan lezatnya
semangkuk bakmi ayam dengan isian yang melimpah ditemani pangsit rebus, bakso
dan juga sayur-sayuran yang menggoda iman. Belum lagi makannya pakai sambal dan
kulit pangsit goreng yang kriuk-kriuk itu. Nalar, si piranti netral, turut
mendukung maksud si Kehendak. Mencoba membenarkan maksud Kehendak untuk
membiarkan tubuh dimasuki oleh bakmi ayam. Pikiran juga tidak mau kalah
berdebat, ia terus melancarkan logika. Lagi-lagi Nalar juga turut membenarkan, Nalar ini pribadi ganda kayanya. Gak punya pendirian dia. Pikiran pun
bilang, makan bakmi itu hanya enak di mulut. Tapi ketika sudah masuk ke dalam
pencernaan, perutmu akan bergejolak. Meronta-ronta akibat kandungan tepung
dalam mie, perih karena cabai yang tidak diterima oleh pencernaan. Lantas,
siapakah yang menang? – please jangan ditanyakan ke aku, kalian sudah bisa
menebaknya…. :P
Bahaya Kegelapan
Kadang merasa hidup kita tertutup oleh kabut yang tebal dan
tidak menemukan sinar untuk memandu kita keluar dari kegelapan. Depresi. Mungkin
itu kata yang tepat menggambarkan ketika kita merasa tidak mampu keluar dari
permasalahan hidup yang sedang melanda kita. Seolah seperti tidak ada lagi
harapan untuk kita hidup lebih lama lagi di dunia. Cahaya pun sirna.
Sejatinya dalam setiap cobaan hidup yang datang menghampiri,
selalu ada hal yang mampu dilihat dari sisi baiknya. Meskipun kita harus
berdarah-darah berjalan melewatinya, tapi harapan itu selalu ada. Cahaya akan
muncul jika kita mencarinya. Jadi, jangan pernah merasa sungkan untuk meminta
bantuan orang lain untuk mengulurkan tangan. Bisa saja bantuan itu memang
datang dariNya dalam wujud manusia lain. Kita perlu percaya ini, karena hidup tidak selamanya gelap.
Ada tertulis, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu.” – Matius 7:7
Tidak ada hidup yang tidak bahagia di Negeri Jiwa Manusia.
Kuncinya adalah keseimbangan. Bagaimana pun juga, hidup harus-wajib-mesti-kudu
seimbang dalam segala aspek kehidupan.
No comments:
Post a Comment