Ourselves - Diri Kita - Lievell

Sunday, February 6, 2022

Ourselves - Diri Kita

 Seberapa penting sih sebetulnya kita perlu mengenal diri kita sendiri?


Sepertinya gue agak sedikit telat belajar mengenal diri gue sendiri. Dulu, ketika sekolah, tidak pernah sekalipun terlintas di pikiran gue untuk kenalan dengan diri gue. Gue terlalu sibuk untuk tidak terlihat berbeda dengan teman-teman. Sebisa mungkin hidup gue sama dengan mereka. Parameter gue selalu bergantung dari kacamata teman. Sama sekali tidak ada di pikiran untuk melihat lebih jauh siapa diri gue sebenarnya. Begitupun masa kuliah. Meskipun sudah masuk usia dewasa, tapi gue tidak serta merta menjadi matang secara pikiran. Penampilan luar selalu menjadi pusat perhatian gue. Bagaimana gue terlihat menjadi satu hal yang penting banget gue pikirkan. Mengenal diri sendiri dalam bayangan gue saat itu sama halnya terlihat menarik secara fisik.

 

Sampai akhirnya gue punya Fritz. Mungkin ini adalah momen dimana gue mulai belajar untuk tidak lagi melihat penampilan fisik yang menjadi perhatian utama gue. Ada satu kesadaran diri ketika seorang bayi hadir dalam hidup gue dan Ali. Gue merasa harus menjadi versi terbaik dari diri gue demi anak ini. Gue harus bisa menjadi panutan yang bagus buatnya. Nah, di waktu inilah pelan-pelan gue mulai belajar untuk mengenal diri gue. Agak telat sih secara umur, tapi gue percaya tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar. Eaaa….😆

 

Perjalanan mengenal diri ini ternyata tidak mudah. Beberapa kali gue terbentur, terperosok, jumpalitan, guling-gulingan bahkan sampai koprol. Tapi lagi-lagi, gue percaya kita hadir di dunia ini sebetulnya punya tujuan. Bukan hanya dilahirkan, hidup, menikah, punya anak, lalu menua dan selesai. Dan proses mengenali siapa diri gue sebenarnya ini pun dimulai.

 

Tepatnya ketika gue memutuskan menjalankan Pendidikan Rumah alias homeschooling (HS) buat Fritz. Awalnya gue pikir ini akan jadi perjalanan mendidik anak saja. Bagaimana gue yang notabene seorang guru memilih untuk mengajar anaknya sendiri. That’s it. Tidak lebih, tidak kurang. Tapi ternyata gue berpikir pendek, sodara-sodara. HS lebih dari itu. HS membawa gue jauh mengenal hidup gue lebih jauh lagi. HS menuntun gue menuju perjalanan spiritual kehidupan gue. Tsaaah, dalam banget ini obrolannya. 😜

 

Berawal dari mencoba mencari tahu dan berkenalan dengan para penggiat homeschool di tahun 2012. Bergerilya mencari informasi lewat teman-teman yang sudah lebih dulu menjalaninya. Berteman satu demi satu dengan mereka, mengenali kebiasaan mereka ber-HS, sampai akhirnya berkumpul bersama dalam satu komunitas kecil bernama Ibu Jari. Di sini gue banyak terbuka secara pikiran dan mata gue melihat kehidupan. Lewat mereka, gue pertama kali belajar mengenal diri gue sendiri dan apa yang gue mau dalam hidup gue. Melihat anak, suami serta arti keluarga dari sisi berbeda.

 

Perjalanan berlanjut di tahun 2015. Persimpangan jalan antara memilih tetap berHS atau mulai sekolah formal. Di sini gue banyak berdiskusi dengan Ali dan juga Fritz, dan akhirnya kami sepakat tetap memilih HS sebagai jalur perjalanan pendidikan buat Fritz. Berkegiatan lah kami di Komunitas Oase di tahun ini. Di sini kami bertemu dengan banyak teman yang baru, meskipun ada juga yang sudah kami kenal di tahun-tahun sebelumnya. Sungguh menyenangkan perjalanan HS bersama komunitas ini. Bukan hanya Fritz yang bertemu dengan teman-teman baru, tapi kami sebagai keluarga pun berkenalan dengan keluarga HS lainnya.


Tanpa disadari, pertemanan keluarga ini akhirnya mengerucut di akhir tahun 2016. Beberapa keluarga memilih untuk berkegiatan bersama di Kaplongan. Sehingga kami sepakat memilih nama DeKaplongan sebagai nama grup kecil kami ini. Dalam perjalanannya kami banyak berproses bersama dalam mengenal diri kami masing-masing. Seringkali kami meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang spiritual dalam kehidupan, tentu disamping belajar hal-hal lainnya yang masih terkait dengan HS. Menarik sekali sebetulnya mempelajari tentang hal spiritual ini, sehingga mengenal diri gue semakin jelas saja dari obrolan-obrolan yang sering kami lakukan di meja (makan) oval itu.

 

Apalagi dalam perjalanan mengenal diri ini gue banyak ngobrol bareng dengan Lia. Bukan Milea yang biasa dipanggil Lia sama Dilan ya. Lia, emaknya Mas Abi dan Nduk Anin, istrinya Bapak Aji Wijaya. Begitu banyak yang sering gue bahas bareng Lia, meskipun lebih banyak debatnya karena gak cocok pemikirannya sih. Tapi emang Lia itu sayang banget ya sama gue, sampai-sampai rela direcokin terus sama gue. I love you, Liaaaaa. 💗💗 Dan dari obrolan-obrolan yang sering kita lalui, gue semakin belajar lebih dalam lagi mengenal diri gue sendiri.

 

Jalan untuk mengenal diri pun semakin terbuka lebar. Awalnya mungkin hanya satu jalan utama, tapi semakin ke sini semakin banyak jalan-jalan yang dibukakan untuk mempelajari diri ini. 5 tahun terakhir ini gue memilih metode Charlotte Mason untuk pendidikan rumah Fritz. Dan lewat CM pula-lah gue semakin merasa proses mengenali diri menjadi lebih dalam lagi. Bukan lagi lewat bertanya dan curhat dengan teman, tapi lewat buku serta hasil dari diskusi dan refleksi dengan diri sendiri yang membuat gue semakin kenal siapa diri gue sebenarnya.

 

Kalau dari tadi gue terus bilang mengenal diri sendiri, lantas yang baca pasti bingung. Sebenarnya gue selama ini amnesia apa gimana sih sampai gak kenal sama diri gue sendiri? Padahal kan jelas ya mengenal diri sendiri itu mudah. Hmm. Coba deh jabarkan secara panjang lebar siapa diri kita, apa maunya dalam hidup kita, dan sudah berbuat apa saja dalam kehidupan ini? Percaya, itu tidak mudah. Ada hal-hal dimana yang selama ini mungkin kita tidak pernah tahu kedalaman pikiran, perasaan serta sifat dan sikap yang kita punya. Apalagi dengan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Nah ini perlu disadari, dicari serta digali untuk membuat hidup kita semakin berarti.

 

Gue pun semakin percaya, ketika kita mencari, semesta pun akan menyediakannya. Begitu seperti halnya ketika gue merasa perlu belajar untuk kenal dengan diri gue sendiri, paham siapa gue dan bagaimana memperlakukan diri gue, serta jujur dengan pribadi gue, Tuhan pun memberikan jalannya lewat orang-orang yang dikirimNya. Entah bagaimana caranya, mereka hadir untuk memberikan gue banyak pelajaran dalam hidup. 💕

No comments:

Post a Comment