Ourselves - Rasa Lapar dan Haus - Lievell

Friday, November 5, 2021

Ourselves - Rasa Lapar dan Haus


Selayaknya pemerintahan dalam suatu negara, Pemerintah di dalam Kerajaan Jiwa Manusia juga mempunyai tugas yang diemban oleh masing-masing pejabatnya. Pejabat pertama yang akan dibahas adalah pejabat yang tidak mempunyai jabatan tinggi namun mempunyai peran yang sangat besar dalam pemerintahan. Mereka ini yang membuat roda pemerintahan dapat berjalan baik, ataupun menjadi buruk. Mereka adalah Ajun Komisaris Tubuh.

 

Sebetulnya tugas mereka adalah membuat Negeri menjadi sejahtera. Andai saja mereka bisa mengurus pekerjaannya masing-masing tanpa harus kepo dengan pejabat lainnya, tentu Negeri Jiwa Manusia akan selalu damai dan tentram. Sayangnya, mereka ini berlomba-lomba ingin meyakinkan Perdana Menteri bahwa mereka lah yang membawa kebahagiaan dalam Jiwa Manusia. Masalah akan semakin pelik jika salah satu pejabat mendapatkan apa yang diinginkan. Maka Negeri Jiwa Manusia pun menjadi kacau.

 

Ajun Komisaris Tubuh: Rasa Lapar


 

Rasa lapar itu netral karena setiap manusia pasti mengalaminya. Ketika perut terasa lapar, ia pasti menagih untuk minta diisi dengan sesuatu yang mengenyangkan. Jika sesuatu yang mengenyangkan itu adalah makanan yang memang memiliki gizi yang baik, maka rasa lapar bisa dibilang sudah tertangani. Masalah akan muncul jika rasa lapar ini diberi sesuatu yang manis-manis – seperti gue (uueeekkk 😜), misalnya, seperti kue, cokelat, permen ataupun minuman kekinian yang manis itu. Rasa lapar tidak akan pernah menjadi kenyang karena yang terjadi adalah tubuh merasa ketagihan dengan segala yang manis. Jika ini terus dilakukan, tidak segera dihentikan, maka perut tidak akan pernah mendeteksi rasa lapar lagi. Justru yang datang adalah bahaya Kerakusan.

 

Setelah rasa lapar ‘ngelunjak’ menjadi Kerakusan, ia pun mulai minta yang macam-macam. Mencari segala cara untuk mengempani rasa lapar yang tidak kunjung usai. Tubuh menjadi ketagihan dengan sesuatu yang manis. Kerakusan pun mulai mencoba untuk meyakinkan Perdana Menteri (Kehendak), kalau yang dibutuhkan oleh tubuh adalah sesuatu yang manis-manis ini. Pada akhirnya Kerakusan pun sukses menguasai Perdana Menteri. Segala pikiran hanya berpaku pada “aku harus makan apa lagi nih?”

 

Tanpa disadari juga, ketika Kerakusan sudah menjadi tuan atas diri kita, penyakit sudah menunggu di depan mata. Penyakit yang sudah ditumpuk akibat mengasupi diri dengan sesuatu yang minim nutrisi. Tetapi akan berbeda jika rasa lapar ini bisa menjadi tuan untuk dirinya sendiri. Dengan kesadaran penuh, ia tahu apa yang harus diasup ke dalam tubuh. Maka Jiwa Manusia pun akan menjadi baik-baik saja. Karena sebenarnya tubuh manusia itu tidak membutuhkan lemak, melainkan otot.

 

Bicara soal Kerakusan, gue sendiri pun sering sekali terjatuh dalam lubang nista ini. Berkali-kali bahkan. Memang benar, ketika mulut sudah kenal dengan yang manis-manis – duh, padahal gue kurang manis apa coba ya, masih juga mau makan manis, heran! 😂, rasanya memang gak ada yang namanya kenyang. Perut seakan terus bersuara, nagih minta diisi lagi dan lagi. Entah sampai kapan kenyangnya.

 

Tetapi ketika gue dengan kesadaran penuh memilih untuk berhenti mengkonsumsi makanan yang manis, perut pun tidak lagi bergejolak macam-macam, menagih seperti tukang kredit untuk diisi. Dengan kata lain, masalah Kerakusan ini sebetulnya dapat dihentikan, jika kita, sang pemilik Jiwa Manusia, mampu mengendalikan nafsu. Tentu ini masih jadi latihan yang tidak pernah usai ya. Karena gue sendiri aja masih terus berkutat bolak balik di urusan mulut ini. Iya, gue ngakuuuuu!! 😋😝

 

Rasa lapar ini juga bisa diibaratkan seperti informasi yang ada di sekitar kita. Saat ini informasi mudah sekali didapatkan. Segala gosip artis, selebgram ini itu, info tentang restoran atau tempat jalan-jalan yang lagi hype atau kekinian, semua berseliweran dimana-mana. Apalagi akses untuk mendapatkan informasi itu begitu sangat mudah. Dalam hitungan detik, jari menggeser atas bawah, semua informasi langsung terpampang di layar dengan sempurna. Tapi, apakah benar kita memerlukan semua informasi seperti itu? Sebutuh itukah kita untuk mengikuti semua yang sedang kekinian? Bukankah hal semacam ini juga bentuk lain dari Kerakusan akibat terlalu banyak informasi yang ‘manis’ bagi Jiwa Manusia?

 

Ajun Komisaris Tubuh: Rasa Haus

 

Sebagian besar tubuh kita terdiri dari air. Mau tidak mau, kita wajib memberikan asupan air bagi tubuh supaya tidak kekurangan. Namun sayangnya seringkali kita lupa dan tanpa disadari tubuh menjadi dehidrasi.

 

Belakangan ini air sudah bertransformasi menjadi minuman yang bermacam-macam. Minuman manis, bersoda, berwarna, bahkan yang lagi kekinian saat ini adalah minuman yang dicampur dengan bahan beraneka ragam. Minuman-minuman ini seakan menjadi pelipur dahaga di saat panas ataupun sekadar teman untuk bercerita atau menunggu.

 

Ada yang lebih menggoda iman ketimbang minuman ‘fancy’ di atas. Minuman berakohol. Banyak orang mencobanya dan tidak bisa keluar dari pusaran minuman memabukkan ini. Seringkali minuman ini dijadikan tameng yang kuat sebagai pelindung diri dari masalah. Sehingga orang memilih jalan terus kembali mengkonsumsinya ketimbang mencari jalan keluar dari masalahnya. Miris memang ketika orang sudah menjadikan minuman alkohol ini sebagai penolongnya.

 

Memang tidak diragukan lagi betapa minuman dengan perasa yang unik-unik ini mampu menggoda kita. Dan tanpa disadari minuman ini sudah menjadi pengganti air yang sesungguhnya kita perlukan, yaitu air mineral. Padahal semua tahu, air mineral merupakan satu-satunya pelipur dahaga yang paling diperlukan oleh tubuh. Tapi kenapa sedikit yang menyadari ini?

 

Entah karena air mineral ini dianggap kurang enak rasanya dibanding minuman perasa lainnya sehingga tidak menjadi pilihan utama orang-orang untuk meminumnya. Ataupun air mineral ini dianggap sudah terlalu umum dan mudah untuk didapat sehingga jadi menyepelekannya. Apapun itu alasannya, memang sebaiknya tubuh hanya diberikan yang terbaik dari yang terbaik. Dan juga sesuatu yang memang diperlukan bagi tubuh. Bukan sekadar jadi ajang pemuasaan nafsu semata saja.

 

*ngomong sama diri sendiri! 😋😋

No comments:

Post a Comment