Selayaknya pemerintahan dalam suatu negara, Pemerintah di dalam Kerajaan Jiwa Manusia juga mempunyai tugas yang diemban oleh masing-masing pejabatnya. Pejabat pertama yang akan dibahas adalah pejabat yang tidak mempunyai jabatan tinggi namun mempunyai peran yang sangat besar dalam pemerintahan. Mereka ini yang membuat roda pemerintahan dapat berjalan baik, ataupun menjadi buruk. Mereka adalah Ajun Komisaris Tubuh.
Sebetulnya tugas mereka adalah membuat Negeri menjadi
sejahtera. Andai saja mereka bisa mengurus pekerjaannya masing-masing tanpa
harus kepo dengan pejabat lainnya, tentu Negeri Jiwa Manusia akan selalu damai
dan tentram. Sayangnya, mereka ini berlomba-lomba ingin meyakinkan Perdana
Menteri bahwa mereka lah yang membawa kebahagiaan dalam Jiwa Manusia. Masalah
akan semakin pelik jika salah satu pejabat mendapatkan apa yang diinginkan.
Maka Negeri Jiwa Manusia pun menjadi kacau.
Ajun Komisaris Tubuh: Rasa Lapar
Rasa lapar itu netral karena setiap manusia pasti
mengalaminya. Ketika perut terasa lapar, ia pasti menagih untuk minta diisi dengan
sesuatu yang mengenyangkan. Jika sesuatu yang mengenyangkan itu adalah makanan
yang memang memiliki gizi yang baik, maka rasa lapar bisa dibilang sudah
tertangani. Masalah akan muncul jika rasa lapar ini diberi sesuatu yang
manis-manis – seperti gue (uueeekkk 😜), misalnya, seperti kue, cokelat, permen
ataupun minuman kekinian yang manis itu. Rasa lapar tidak akan pernah menjadi
kenyang karena yang terjadi adalah tubuh merasa ketagihan dengan segala yang
manis. Jika ini terus dilakukan, tidak segera dihentikan, maka perut tidak akan
pernah mendeteksi rasa lapar lagi. Justru yang datang adalah bahaya Kerakusan.
Setelah rasa lapar ‘ngelunjak’ menjadi Kerakusan, ia pun
mulai minta yang macam-macam. Mencari segala cara untuk mengempani rasa lapar
yang tidak kunjung usai. Tubuh menjadi ketagihan dengan sesuatu yang manis.
Kerakusan pun mulai mencoba untuk meyakinkan Perdana Menteri (Kehendak), kalau
yang dibutuhkan oleh tubuh adalah sesuatu yang manis-manis ini. Pada akhirnya
Kerakusan pun sukses menguasai Perdana Menteri. Segala pikiran hanya berpaku
pada “aku harus makan apa lagi nih?”
Tanpa disadari juga, ketika Kerakusan sudah menjadi tuan
atas diri kita, penyakit sudah menunggu di depan mata. Penyakit yang sudah
ditumpuk akibat mengasupi diri dengan sesuatu yang minim nutrisi. Tetapi akan
berbeda jika rasa lapar ini bisa menjadi tuan untuk dirinya sendiri. Dengan
kesadaran penuh, ia tahu apa yang harus diasup ke dalam tubuh. Maka Jiwa
Manusia pun akan menjadi baik-baik saja. Karena sebenarnya tubuh manusia itu
tidak membutuhkan lemak, melainkan otot.
Bicara soal Kerakusan, gue sendiri pun sering sekali
terjatuh dalam lubang nista ini. Berkali-kali bahkan. Memang benar, ketika
mulut sudah kenal dengan yang manis-manis – duh, padahal gue kurang manis apa
coba ya, masih juga mau makan manis, heran! 😂, rasanya memang gak ada yang
namanya kenyang. Perut seakan terus bersuara, nagih minta diisi lagi dan lagi.
Entah sampai kapan kenyangnya.
Tetapi ketika gue dengan kesadaran penuh memilih untuk
berhenti mengkonsumsi makanan yang manis, perut pun tidak lagi bergejolak
macam-macam, menagih seperti tukang kredit untuk diisi. Dengan kata lain,
masalah Kerakusan ini sebetulnya dapat dihentikan, jika kita, sang pemilik Jiwa
Manusia, mampu mengendalikan nafsu. Tentu ini masih jadi latihan yang tidak
pernah usai ya. Karena gue sendiri aja masih terus berkutat bolak balik di
urusan mulut ini. Iya, gue ngakuuuuu!! 😋😝
Rasa lapar ini juga bisa diibaratkan seperti informasi yang
ada di sekitar kita. Saat ini informasi mudah sekali didapatkan. Segala gosip
artis, selebgram ini itu, info tentang restoran atau tempat jalan-jalan yang
lagi hype atau kekinian, semua berseliweran dimana-mana. Apalagi akses untuk
mendapatkan informasi itu begitu sangat mudah. Dalam hitungan detik, jari
menggeser atas bawah, semua informasi langsung terpampang di layar dengan
sempurna. Tapi, apakah benar kita memerlukan semua informasi seperti itu? Sebutuh
itukah kita untuk mengikuti semua yang sedang kekinian? Bukankah hal semacam
ini juga bentuk lain dari Kerakusan akibat terlalu banyak informasi yang ‘manis’
bagi Jiwa Manusia?
Ajun Komisaris Tubuh: Rasa Haus
Sebagian besar tubuh kita terdiri dari air. Mau tidak mau,
kita wajib memberikan asupan air bagi tubuh supaya tidak kekurangan. Namun
sayangnya seringkali kita lupa dan tanpa disadari tubuh menjadi dehidrasi.
Belakangan ini air sudah bertransformasi menjadi minuman
yang bermacam-macam. Minuman manis, bersoda, berwarna, bahkan yang lagi kekinian
saat ini adalah minuman yang dicampur dengan bahan beraneka ragam.
Minuman-minuman ini seakan menjadi pelipur dahaga di saat panas ataupun sekadar
teman untuk bercerita atau menunggu.
Ada yang lebih menggoda iman ketimbang minuman ‘fancy’ di
atas. Minuman berakohol. Banyak orang mencobanya dan tidak bisa keluar dari
pusaran minuman memabukkan ini. Seringkali minuman ini dijadikan tameng yang
kuat sebagai pelindung diri dari masalah. Sehingga orang memilih jalan terus
kembali mengkonsumsinya ketimbang mencari jalan keluar dari masalahnya. Miris
memang ketika orang sudah menjadikan minuman alkohol ini sebagai penolongnya.
Memang tidak diragukan lagi betapa minuman dengan perasa
yang unik-unik ini mampu menggoda kita. Dan tanpa disadari minuman ini sudah menjadi
pengganti air yang sesungguhnya kita perlukan, yaitu air mineral. Padahal semua
tahu, air mineral merupakan satu-satunya pelipur dahaga yang paling diperlukan
oleh tubuh. Tapi kenapa sedikit yang menyadari ini?
Entah karena air mineral ini dianggap kurang enak rasanya dibanding
minuman perasa lainnya sehingga tidak menjadi pilihan utama orang-orang untuk
meminumnya. Ataupun air mineral ini dianggap sudah terlalu umum dan mudah untuk
didapat sehingga jadi menyepelekannya. Apapun itu alasannya, memang sebaiknya
tubuh hanya diberikan yang terbaik dari yang terbaik. Dan juga sesuatu yang
memang diperlukan bagi tubuh. Bukan sekadar jadi ajang pemuasaan nafsu semata
saja.
*ngomong sama diri sendiri! 😋😋
No comments:
Post a Comment