Ada suatu waktu anak ini datang ke kamar gue, lalu dia tiduran di sebelah gue dengan muka muram. Setelah gue tanya ada apa, eh tahu-tahu dia nangis. Lalu dia cerita ada rasa takut yang datang jika nanti sampai dewasa dia tidak juga mempunyai pekerjaan yang layak buat dirinya.
“Kenapa bisa datang pikiran kaya gitu?”
Lalu dia cerita tentang teman-teman yang ada di sekelilingnya.
Sepertinya mereka sudah punya hal yang diminati dan menjadi fokus mereka saat
ini. Bahkan sudah menghasilkan sesuatu dari situ, entah dalam bentuk prestasi
ataupun berupa uang. Sedangkan dia sendiri seperti tidak punya apapun yang
menjadi minatnya. Perasaan ini akhirnya muncul dan menjadi ketakutannya
sendiri.
“Apakah semua teman-teman kamu seperti ini?”
Hampir semua menurutnya. Seketika gue minta dia untuk sebutkan
nama-nama serta prestasi mereka yang ternyata hanya segelintir aja. Lalu gue coba
sebutkan beberapa nama teman-teman lain yang tidak mempunyai prestasi apa-apa
di umurnya, ternyata dia pun tidak ingat mereka. Yah, begitulah manusia ya.
Sangat wajar kalau kita hanya melihat sesuatu yang hebat aja, tapi lupa untuk
nengok ke sisi lain bahwa ada juga kok yang seperti kita.
“Jadi menurut kamu di usia kamu sekarang ini perlu mempunyai
sesuatu yang diminati dan menjadi prestasi?”
“Menurut kamu apakah mereka bisa menghasilkan sesuatu itu
datangnya sekejab tanpa perlu latihan rutin setiap hari?”
Iya, gue tahu banget anak ini tidak terlalu suka melakukan
hal yang sama berulang selama bertahun-tahun. Ada saat dimana dia bosan, ada
saat dimana dia mau mencoba hal lain selain itu saja. Eksplorasi berbagai macam
hal. Tentu ini gue sampaikan ke dia bahwa sangat gak apa-apa banget untuk melakukan
ini. Dia punya umur yang masih panjang untuk mencoba ini itu sebelum akhirnya
dia menemukan sesuatu yang dia sukai. Belum ketemu juga sampai usia tertentu,
ya gak apa-apa juga, asal melakukannya dengan hati damai, penuh sukacita dan
tentram tanpa paksaan ini itu. Bahkan gue bilang, tidak menikah pun tidak
apa-apa asal menjalaninya dengan tenang dan tidak terintimidasi dengan apa atau
siapa pun.
Mungkin saat ini yang terlihat dari kacamatanya adalah
teman-teman yang berhasil dengan prestasi mereka. Tapi “Apakah kamu bisa membayangkan
kalau yang sedang mereka jalanin sekarang ini sudah pasti menjadi pekerjaan
mereka seterusnya?”
Apakah setelah ngobrol ngalor ngidul ini membuatnya
tercerahkan, entahlah. Bagaimanapun juga anak 13 tahun ini belum matang secara emosi
dan pikirannya. Ada saat dimana kita perlu melontarkan berbagai pertanyaan
untuk menggali pikirannya, ada pula saat dimana kita perlu bercerita tentang
pengalaman orang lain. Ada juga waktu mamak perlu turun barang sedikit kasih
nasehat ke anak abegeh ini. Gak perlu terlalu panjang x lebar x tinggi x
diagonal lah, bisa mabok dia karena kebanyakan bicara mamaknya. 😆😆
Aku bacanya sampai nyess🥲. Terima kasih ya sudah berbagi cerita. Aku terharu mas Boy bisa curhat sama mamanya.
ReplyDelete