Si-Cap! - Lievell

Monday, April 24, 2023

Si-Cap!


Sampai juga di umur 40 tahun. Hahaha.
😂😂😂😂😂

 

Sesuatu banget yah bisa sampai di usia kepala 4 tahun ini. Sesuatu yang sebetulnya ingin dihindari tapi tak mampu terhindari selain diterima. 


Sudah pasti banyak hal menarik yang dilewati dalam perjalanan hidup untuk sampai di usia saat ini. Tulisan yang gue tulis kali ini, tepat sehari sebelum hari ulang tahun, hanya lah sebagai pengingat untuk melihat ke belakang sejenak, bagian dari refleksi hidup atas apa yang sudah terjadi di kehidupan gue sampai hari ini. Mari mulai dari yang paling dekat terasa belakangan ini.

 

KESEHATAN

Bagian ini paling terasa di gue. Meski gue sudah mulai pelan-pelan mengubah gaya hidup sejak di awal umur 30 tahunan, tapi memang menjaga konsistensi itu syulitnya minta ampun. Seringkali berusaha tawar menawar dengan tubuh di 10 tahun terakhir ini. Sampai gue dipertemukan dengan situasi “aku terjatuh dan (rasanya) tak bisa bangkit lagi” – bolak balik dirawat di rumah sakit beberapa bulan lalu (wasir dan DBD berulang). Ini menjadi momen yang menyadarkan gue untuk berhenti memanipulasi tubuh gue sendiri. Apalagi sebetulnya tubuh sudah mengirimkan sinyal untuk gue AWARE dengan kesehatan gue. Tapi ya seperti biasa, gue ABAI!!

 

Dan setelah rangkaian sakit itu, gue bertekad untuk mengubah gaya hidup gue untuk lebih ketat lagi berjalan di jalur tujuan hidup gue.

 

TIDUR

 

Gue manusia yang sulit tidur. Gue bukan tipe orang yang pelor – nempel molor di mana aja dan kapan aja. Gue termasuk tipe yang nyaman dengan kasur gue sendiri, bantal dan guling milik pribadi, di posisi bagian kanan kasur, lampu gelap, keadaan sunyi dan kedua cowok-cowok di rumah ini juga sudah berada di posisi tidur masing-masing. Jadi kalau salah satu itu tidak sesuai, nah…tidur gue gak pulas. Iya, seribet itu tidur buat gue. Apalagi kalau lagi ada masalah, gue pasti akan lebih susah tidur. Pikiran bermain ke mana-mana. Tidur juga jadi gak nyenyak. Salah satu kenapa gue sakit berulang kemarin adalah karena sulit tidur. Kualitas tidur berkurang, tentu berimbas ke kesehatan.

 

Sebisa mungkin gue tidur cukup, selama 6-8 jam dalam sehari. Jam tidur gue dimulai dari jam 10 – maksimal jam 11 malam lah, bangun pagi sebelum jam 6. Kebiasaan bangun pagi ini terbentuk dari gue kecil. Tubuh gue seperti ada sinyal alarm yang akan bangun sebelum jam 6 pagi. Ini sebetulnya kebiasaan baik. Cuma jadi perkara kalau gue lagi butuh tidur lebih lama, misalnya karena begadang. Si tubuh tetap akan bangun sebelum jam 6. 😅😅


Karena masalah tidur ini PR tersendiri buat gue, dan punya resiko besar kalau kurang tidur, gue coba belajar mengelolanya. Pertama, gue latih pikiran gue. Menjelang tidur sebisa mungkin gue merelaks-kan diri dari pikiran yang berat. Kalau memang masih berat, gue coba dengan menulis – bukan mengetik di laptop atau di hape. Konon katanya menulis dengan pulpen jauh lebih efektif untuk mengeluarkan pikiran. Kedua, meditasi atau hening. Selama 10 menit gue akan duduk di atas kasur dengan kaki bersila dan tulang punggung tegak. Menyadari nafas yang keluar dan masuk. Ini ternyata sangat membantu gue untuk lebih tenang. Begitu dah tenang pikirannya, gue jadi bisa tidur lebih pulas. Segitu efeknya meditasi buat gue sebelum tidur itu.


BERGERAK

 

Menjelang umur 40 tahun, tema untuk lebih banyak bergerak ini jadi perhatian gue. Ketika gue kurang bergerak, gue akan mengalami sulit tidur di malam harinya. Meskipun gue dah coba tulis diari atau meditasi sebelum tidur, tapi karena hari itu tenaga gue gak terpakai maksimal, gue jadi sulit tidur. Gue seperti dipaksa untuk lebih banyak bergerak, harus dihabiskan energinya. Jadi nih ya gue dilarang keras untuk terlalu nyantai di rumah, leyeh-leyeh seharian di depan TV atau asik goleran di kasur main hape aja. 😂😂


Nah, gue sampai di satu kesimpulan. Supaya tidur gue optimal, gue butuh banyak bergerak. Bergerak seperti apa yang diperlukan? 

 

OLAHRAGA

 

Gue termasuk yang dipaparkan olahraga dari kecil oleh bokap. Karena bokap itu cinta banget bulutangkis, gue pun kena paparan atmosfer itu sejak kecil. Bisa dibilang ini satu-satunya olahraga yang masih melekat di gue. Biarpun gue dah lama gak berolahraga ini, tapi begitu gue pegang raket, semua memori gerakan di bulutangkis pasti muncul begitu aja. Gue bisa langsung bergerak seperti gue melakukannya dulu waktu kecil. Hebat ya kekuatan memori otot itu.

 

Pelajaran olahraga juga jadi pelajaran yang paling gue suka waktu sekolah dan satu-satunya yang gue mahir. Tubuh gue mudah banget memahami segala teknik di olahraga, basket, voli, sepak bola, dan semua olahraga yang butuh diambil nilainya waktu sekolah dulu, gue pasti bisa kuasai. Tubuh gue pun cukup lentur untuk melakukan rolling depan, kayang, sikap lilin, koprol sampai split. Sampai sekarang gue masih bisa split loh!! 😎 *cieeee

 

Sayangnya setelah tahun sekolah berakhir, gue mulai jauh dengan yang namanya berolahraga. Sempat masih melanjutkan ikut kelas aerobik dekat rumah dulu waktu kuliah, tapi begitu mulai masuk dunia kerja, lalu berkeluarga dan punya bayi, bikin gue jadi makin males olahraga. Baru sekitar awal umur 30an gue mulai kembali mikir untuk olahraga lagi. Jalan pagi dan yoga jadi pilihan gue saat itu. Alasannya sederhana, gue bisa lakukan sendiri di rumah. Oiya, gue ini bukan tipe yang olahraga butuh teman atau pergi ke tempat olahraga. Gue bisa banget olahraga sendiri, dengan waktu yang gue bisa tetapkan sendiri dan belajar sendiri lewat media YouTube. Sayangnya konsistensi tetap jadi PR nomor 1. Susah banget mendisiplinkan diri untuk olahraga ini.

 

Tapi karena situasi kejeduk kemarin itu, gue jadi sadar untuk kembali di jalan yang benar. Selain dua olahraga tadi, gue menambah ilmu dengan belajar tentang otot. Ternyata masuk di usia 40 tahun ini, kekuatan otot manusia berkurang setiap tahunnya. Jadi saat ini gue menambah latihan otot supaya otot gue nanti tidak lemah waktu menua. Belum banyak perubahan sih di tubuh gue, meski gue dah latihan otot hampir 3 bulan belakangan ini. Gue percaya sih, latihan otot ini bukan hanya latihan yang perlu dilatih setahun dua tahun, tapi benar-benar sepanjang hidup. Demi apa, demi otot kawat tulang besi. Halah!! 😁😁

 

MAKANAN

 

Sengaja gue tulis paling akhir karena memang ini jadi salah satu kelemahan terbesar gue. Hal yang paling sering bikin gue terjatuh ke lubang kenistaan berkali-kali. 😋😋Semua makanan buat gue gak ada yang namanya gak enak. Semua makanan itu ENAK semua! Apalagi kalau dibeliin gratis. Ini bakalan enak banget pastinya, meskipun itu cuma sebungkus nasi Padang. 😂😂

 

Sayangnya, makanan juga menjadi hantu yang terus membayang-bayangi gue. Salah satunya adalah mie. Lagi-lagi mie. Gue paling susah menolak segala macam masakan yang berjudul mie. Gue yakin siapapun pasti susah menolak mie, karena mie itu enak pake banget. Ya gak sih. Setuju kan?


Gue pernah sampai di tahap sakit seperti ditusuk-tusuk perutnya, buang air besar berkali-kali dalam sehari tidak ada bentuknya selain cairan warna kuning, muntah berkali-kali yang juga sampai tidak ada isinya, ulu hati yang perih kesakitan, tidur seharian di kasur menahan semua sakit itu karena saking rakusnya gue sama makanan bernama MIE ini. Bikin gue tobat? Gak juga. Tapi karena sudah saking seringnya gue merasakan itu, gue jadi mulai mikir. Gue gak mau mati sia-sia hanya karena gue gak bisa menahan nafsu makan doang. 😭😭

 

Selain mie, gue juga punya kelemahan lainnya. Gue ikut lidah bokap yang suka makan makanan yang rasanya manis. Tapi dari situ gue belajar dari pengalaman bokap yang kena diabetes dan berujung stroke selama 14 tahun. Gue gak mau meneruskan warisan dari beliau dengan ikutan sakit yang sama. Untungnya untuk hal satu ini gue bisa banget menahan diri. Gue gak terlalu terbuai dengan makanan atau minuman yang manis-manis gitu sih. Mungkin ini karena tingkat kemanisan gue udah tinggi jadi emang gak butuh doping manis yang banyak. 😝😝


Makanan lainnya yang gue suka juga adalah masakan dengan rasa asam dan pedas. Keduanya ini melemahkan diri gue. Suka gak sadar diri kalau sudah makan dua ini mendadak perut jadi sakit melilit atau pantatnya panas setelah buang air besar. Makanan pedas ini jadi salah satu penyebab kenapa gue sampai keluar wasir. Karena gue sering alami konstipasi gara-gara gak bisa tahan diri untuk makan sambel. Padahal, ya ampun, makan sambel juga sekedar cocol dikit-dikit aja. Tapi ternyata emang perut gue gak bisa berdamai dengan pedas. Imbas lainnya, gigi gue juga jadi sering bermasalah karena konsumsi makanan yang asem. 


Ditambah lagi, selama gue melihat reaksi tubuh gue sendiri, ternyata gue tidak cocok makan terigu. Hal yang paling dirasa adalah eksim yang ada di kaki jadi sulit sembuh. Semakin sering mengkonsumsi terigu, maka eksim jadi terasa gatal. Kalau dah gatal kan bawaannya jadi mau garuk-garuk. Borokan deh kaki gue. Kan sebel liatnya. Efek lainnya konstipasi, gue jadi susah buang air besar. Belum lagi keseringan makan terigu bikin berat badan gue cepat banget naik. Sebel banget loh liat timbangan kalau habis makan mie semangkok. Langsung nambah 1 kilo besoknya. Damn! 🥴

 

Makanan ini jadi seperti dua mata pedang buat tubuh gue. Gue suka makan, tapi di saat yang bersamaan, gue juga perlu bijaksana dengan apa yang gue makan. Waktu masuk mulut sih memang rasanya enak-enak aja, tapi kalau sudah lewat dari tenggorokan jadinya beban berat buat perut sampai ke pembuangan tubuh gue, buat apa juga gue makan?


Gue gak mau sakit terus-terusan untuk suatu hal yang sama hanya karena gue tidak bisa mengontrol apa yang masuk ke dalam mulut gue. Gue belajar untuk lebih ketat lagi dari sebelumnya. Meskipun gue sudah mengubah pola makan gue beberapa tahun terakhir ini, tapi ternyata gue masih belum cukup konsisten jalaninnya. Masih sering bolong, masih sering coba tawar-tawaran, sering pula jadi manipulasi ke diri sendiri hanya demi kepuasan mulut sesaat.

 

Saat ini gue sedang melatih diri gue untuk mengurangi banyak konsumsi makanan mengandung terigu, gorengan dan dairy product. Sebisa mungkin gue makan makanan yang real food, gue banyakin makan sayur dan buah dan menghindari processed food, macam makanan kaleng, nugget, sosis dan kawan-kawannya yang menggoda jiwa itu. 


Kalau dulu merasa iri dengan orang yang sering banget makan di restoran, saat ini gue tidak merasa iri lagi. Justru gue lebih merasa bangga kalau gue bisa masak setiap hari untuk dimakan oleh kami bertiga.  Apalagi kalau yang makan di rumah sampai nambah berkali-kali. Padahal menunya sederhana aja. Sekadar tumisan, kuah-kuahan atau yang dipanggang. Beuh, jadi terasa nikmat mana yang kau dustakan, kan! 😝😝

 

Di akhir tulisan ini gue mau bilang.

 

Terima kasih untuk perjalanan hidup yang menempa gue sampai hari ini. Gue banyak belajar dari situ. Gue jadi sadar bahwa gue ini memang lemah dengan segala nikmat kehidupan. Tapi di sisi lain, gue jadi sadar juga bahwa semua kenikmatan itu sifatnya fana. Hanya untuk sesaat, tapi tidak untuk waktu yang panjang. Apa yang sudah gue sadari selama 10 tahun terakhir ini ternyata memang belum sepenuhnya gue jalani. Hanya sekedar sadar, tapi belum menjadi gaya hidup. Masih lemah dengan hasrat diri. Masih kurang kuat melawan nafsu.

 

Dan gue mau bilang ke diri gue sendiri. Sehat itu butuh diusahakan. Gue tahu untuk mencapai tujuan itu memang tidak mudah. Semua butuh proses. Butuh waktu untuk melatih semua kebiasaan itu supaya menjadi gaya hidup. Pasti akan ada masa merasa capek, males dan putus asa ketika melatih kebiasaan baru itu, but that’s okay. Ketika memang butuh rehat, silahkan menepi sejenak. Tapi, jangan pernah merasa bersalah ketika semua itu terjadi. Apalagi merasa gagal dalam melakukannya.

 

Hanya satu yang perlu diingat, kita tahu ke arah mana tujuan hidup kita.

No comments:

Post a Comment