Benarkah Kista? - Lievell

Sunday, May 7, 2023

Benarkah Kista?

Masih ingat dengan episode gue bolak balik ke rumah sakit bulan Januari kemarin? Ternyata masih ada cerita sambungannya setelah itu.


Kembali ke situasi gue harus balik dirawat inap di rumah sakit yang sama. Dokter yang menangani gue saat itu minta gue untuk diperiksa lebih lanjut lewat pemeriksaan USG Abdomen (perut). Pagi itu gue dibawa ke ruangan USG untuk diperiksa oleh dokter yang bersangkutan. Setelah periksa bagian perut dan dinyatakan tidak ada tanda-tanda penyebab sakit gue, dokter juga memeriksa bagian rahim. Nah ini gue sendiri gak jelas, apakah prosedur USG perut juga mengikutsertakan bagian rahim. Dan pada saat itu dokter bilang kalau ada tiga bulatan kecil di ovarium bagian kanan. Dokter bilang ini kista. Sontak gue terdiam. Tapi karena saat itu gue hanya fokus ke sakit yang gue rasakan, urusan kandungan ini gue singkirkan dulu sesaat. Meski gak dipungkiri sih terselip pikiran aneh-aneh.

 

Selepas dari rumah sakit dan selesai dengan urusan beberapa kali bolak balik kontrol dokter, gue memutuskan untuk balik menerapkan gaya hidup yang lebih sehat lagi. Kali ini gue merasa sudah waktunya lebih ketat lagi membatasi asupan gue. Mulai lah gue dengan mengurangi makanan yang mengandung terigu, yang digoreng dan dairy product. Berusaha makan makanan yang tidak banyak pengolahannya – real food. Makan mie dan roti sebisa mungkin dihindari. Hampir setiap hari masak dan mengurangi jauh urusan jajan. Balik rutin melakukan IF (Intermittent Fasting), 14-16 jam berpuasa. Pokoknya soal makanan ini cukup ketat dijalankan selama sebulan setelah keluar dari rumah sakit.

 

Masalah tidur juga menjadi konsentrasi, gue selalu mengusahakan untuk tidur dengan durasi 7-8 jam setiap harinya. Tidur dari jam 10-11 malam dan bangun sekitar jam 5-6 pagi. Selain itu, gue juga mulai merutinkan olahraga. Sebisa mungkin melakukan olahraga 3-4 kali dalam seminggu, dengan konsentrasi di penguatan otot lebih banyak.

 

Selain berusaha dengan semuanya, ada hal lain yang sangat mengganggu gue selama sebulan itu. Pikiran. Pikiran-pikiran liar tentang kista ini ke mana-mana. Sampai akhirnya gue merasa butuh bantuan untuk mengurainya. Lewat seorang teman yang berprofesi psikolog gue mencurahkan segala perasaan dan pikiran liar itu. Bolak balik gue berjuang untuk mengatasi segala ketakutan yang mendominasi pikiran. Bersyukur kakak psikolog ini baik hati, mau meladeni segala kegundah gulana gue. Pelan-pelan gue semakin bisa mengatasinya.

 

 

Kenapa sih gak ke dokter kandungan aja biar lebih pasti?

 

Pertama, karena gue takut! Jujurly, gue merasa belum kuat menerima hasil yang akan dibacakan oleh dokter. Memang..the sooner the better. Tapi ternyata mental gue belum sekuat itu. Gue merasa butuh waktu untuk mempersiapkan hati dengan mengasah logika dulu. Lah belum apa-apa aja pikiran sudah berkeliaran ini, sampai butuh bantuan profesional untuk mengatasinya. Jangan sampai logika dikuasai emosi kalau hasilnya tidak sesuai harapan. Ini jadi hal penting sih buat gue. Biarin deh kalau sampai dibilang lebay. Yang tahu apa yang gue rasakan hanya diri gue sendiri. Yang tahu bagaimana bisa mengendalikan pikiran kan juga gue sendiri.

 

Ditambah lagi dengan keadaan secara berturut-turut selama dua bulan itu. Desember operasi wasir, Januari sakit DBD – masuk rumah sakit berulang. Rasanya masih belum lepas dari rasa gak sukanya bertemu dokter dan rumah sakit. Benar-benar butuh kekuatan bulan untuk mengatasi perasaan-perasaan itu semua.😁😁Tentunya juga sambil melihat ke tubuh gue sendiri, apa yang terjadi setelah gue melakukan perubahan hidup sehat.


 

        Gue memang pernah didiagnosa PCOs oleh dokter kandungan pada waktu gue merencanakan kehamilan 15 tahun lalu. Gue dan Bapak Ali memang memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk tahu lebih lanjut apa yang terjadi di kami, meski kami baru 6 bulan menikah ya. Dari situ gue jadi paham kenapa selama ini menstruasi gue tidak berjarak sebulan sekali, tapi bisa dua sampai tiga bulan sekali. Salah satu penyebabnya karena sel telur gue banyak yang kecil-kecil – tanda PCOs. Dan juga karena gue mudah stress – ini gue tahu belakangan. 😁


Karena gue teringat dengan diagnosa dokter kandungan itu, gue mulai mencari-cari info soal PCOs lebih dalam lagi. Ketemu lah dengan satu buku yang ditulis oleh dua orang dokter, dr. Gita Pratama, Sp.OG(K), MRepSc dan dr. Anton Tanjung. Isi bukunya sederhana aja sih, mengenalkan tentang PCOs, gejala-gejalanya dan cara mengatasinya. Pastinya diet makanan, tidur cukup dan olahraga serta mengatasi stress itu sendiri ternyata berpengaruh banget. Tapi kenapa gue tetap beli buku sederhana ini, yang semua infonya bisa gue dapetin mudah dengan gugling, adalah murni karena covernya yang berwarna ungu pastel!! 😂😂 *gak penting banget emang

 

Sebulan sudah melatih kebiasaan gaya hidup baru, melatih pikiran juga mengumpulkan info. Sekarang tiba saatnya menunggu datangnya menstruasi setelah terakhir itu tanggal 22 Januari, pas Imlek, pas juga pulang dari RS yang pertama kali. Akhirnya tanggal 9 Maret gue datang bulan juga. Ada rasa senang mendapati menstruasi gue muncul. Tapi sayangnya hanya berlangsung sehari, besoknya langsung blass hilang total. Panik pastinya. Sutrisno alias stress melanda. Apalagi kalau bukan si pikiran bawah sadar yang gangguin gue. Nah itu dia kenapa tadi gue bilang pikiran ini mampu membuat menstruasi tersendat.

 

Sambil menunggu menstruasi ke-tiga, gue coba lebih rileks kali ini. Gak yang total-total amat diet makanannya, tapi tetap dalam kadar wajar. Sudah berani makan mie dan roti, tinggal diatur aja ritmenya. Meski kadang masih sayang sama tubuhnya yang sudah cukup lumayan bersih dari terigu. Pikiran juga sudah mulai bisa diatasi, gak ada lagi pikiran-pikiran liar yang mengganggu. Kalau mulai datang, gue sudah bisa mengendalikannya.


Nah sambil menunggu ini, gue mulai punya keberanian diri untuk mencari dokter kandungan yang akan gue sambangi. Ini juga salah satu PR. Saking sudah lamanya gue gak pernah ke dokter kandungan, no idea gue akan ke dokter kandungan siapa. Tapi tiba-tiba aja gue mendapat pencerahan dari teman kuliah, Lia namanya. Kebetulan gue lihat sosmednya, langsung gue tanya-tanya dan gue dapat lah petunjuk akan ke dokter siapa. Gue akan cek ke Dokter Gahrani Chen, Sp.OG di RS Family, Pluit Mas.

 

Tiba saatnya gue periksa setelah menstruasi ketiga yang datangnya tanggal 25 April, tepat di ultah gue. Gue mendaftarkan diri di tanggal 4 Mei jam 10 pagi. Menurut info yang gue dapet dari Lia, pasiennya banyak jadi gue harus datang lebih pagi. Dapat lah gue giliran nomor 2. Tapi semakin dekat dengan giliran gue, tangan semakin dingin, jantung mulai berdegup sedikit lebih kencang. Gue pun mengatur nafas yang masuk dan keluar. Gue mulai panik! 😂

 

Begitu sampai waktunya giliran gue, dokter menyatakan rahim gue bersih. What?! BERSIH. Tidak ada tanda-tanda PCOs ataupun kista di dalamnya. Menurut dokter, tidak semua PCOs durasi datang mens nya lama. Tapi juga tidak semua orang yang mensnya teratur tidak PCOs. Jadi bisa kemungkinan memang jarak datang menstruasi gue itu panjang, tidak sebulan seperti kebanyakan. Dan besar kemungkinan dikarenakan pikiran yang mengganggu.

 

Apakah gue lega?


Cukup lega, meski dari hasil foto USG masih ada ditemukan bulatan di ovarium. Tapi jumlahnya bukan tiga, melainkan hanya dua. Posisinya bukan di kanan, melainkan di kiri. Besar kemungkinan itu adalah sel telur, menurut dokter. Jadi, sudah bisa legakah gue saat ini? Gue aminkan dulu bahwa rahim gue baik-baik saja saat ini. Dan gue masih akan tetap menjalankan kebiasaan gaya hidup yang baru. Kalau bisa sih untuk selamanya. 

 

Satu pesan sponsor hidup yang perlu dipegang. Memang harus selalu perlu mencari second opinion untuk soal kesehatan. Jangan langsung percaya plek-plek apa kata dokter. Apalagi dokter yang menyatakan bukan dokter yang bersangkutan. Malah menambah beban pikiran aja. Bikin hidup jadi jungkir balik gak karuan. Tapiiii....gue jadi belajar banyak deh dari soal perkistaan ini... Apalagi kalau bukan jadi lebih sayang sama tubuh sendiri. 🥰🫰


No comments:

Post a Comment