Masih ingat dengan episode gue bolak balik ke rumah sakit bulan Januari kemarin? Ternyata masih ada cerita sambungannya setelah itu.
Selepas dari rumah sakit dan selesai dengan urusan beberapa kali bolak balik
kontrol dokter, gue memutuskan untuk balik menerapkan gaya hidup yang lebih sehat
lagi. Kali ini gue merasa sudah waktunya lebih ketat lagi membatasi asupan gue. Mulai lah gue dengan mengurangi makanan yang mengandung terigu, yang digoreng dan dairy
product. Berusaha makan makanan yang tidak banyak pengolahannya – real food.
Makan mie dan roti sebisa mungkin dihindari. Hampir setiap hari masak dan
mengurangi jauh urusan jajan. Balik rutin melakukan IF (Intermittent
Fasting), 14-16 jam berpuasa. Pokoknya soal makanan ini cukup ketat dijalankan selama
sebulan setelah keluar dari rumah sakit.
Masalah tidur juga menjadi konsentrasi, gue selalu
mengusahakan untuk tidur dengan durasi 7-8 jam setiap harinya. Tidur dari jam
10-11 malam dan bangun sekitar jam 5-6 pagi. Selain itu, gue juga mulai merutinkan
olahraga. Sebisa mungkin melakukan olahraga 3-4 kali dalam seminggu, dengan
konsentrasi di penguatan otot lebih banyak.
Selain berusaha dengan semuanya, ada hal lain yang
sangat mengganggu gue selama sebulan itu. Pikiran. Pikiran-pikiran liar tentang
kista ini ke mana-mana. Sampai akhirnya gue merasa butuh bantuan untuk mengurainya.
Lewat seorang teman yang berprofesi psikolog gue mencurahkan segala perasaan
dan pikiran liar itu. Bolak balik gue berjuang untuk mengatasi segala ketakutan
yang mendominasi pikiran. Bersyukur kakak psikolog ini baik hati, mau meladeni
segala kegundah gulana gue. Pelan-pelan gue semakin bisa mengatasinya.
Kenapa sih gak ke dokter kandungan aja biar lebih pasti?
Pertama, karena gue takut! Jujurly, gue merasa belum
kuat menerima hasil yang akan dibacakan oleh dokter. Memang..the sooner the
better. Tapi ternyata mental gue belum sekuat itu. Gue merasa butuh waktu untuk
mempersiapkan hati dengan mengasah logika dulu. Lah belum apa-apa aja pikiran
sudah berkeliaran ini, sampai butuh bantuan profesional untuk mengatasinya. Jangan
sampai logika dikuasai emosi kalau hasilnya tidak sesuai harapan. Ini jadi hal penting sih
buat gue. Biarin deh kalau sampai dibilang lebay. Yang tahu apa yang gue
rasakan hanya diri gue sendiri. Yang tahu bagaimana bisa mengendalikan pikiran kan juga
gue sendiri.
Ditambah lagi dengan keadaan secara berturut-turut
selama dua bulan itu. Desember operasi wasir, Januari sakit DBD – masuk rumah
sakit berulang. Rasanya masih belum lepas dari rasa gak sukanya bertemu dokter
dan rumah sakit. Benar-benar butuh kekuatan bulan untuk mengatasi perasaan-perasaan
itu semua.😁😁Tentunya juga sambil melihat ke tubuh gue sendiri, apa yang
terjadi setelah gue melakukan perubahan hidup sehat.
Gue memang pernah didiagnosa PCOs oleh dokter kandungan pada waktu gue merencanakan kehamilan 15 tahun lalu. Gue dan Bapak Ali memang memeriksakan diri ke dokter kandungan untuk tahu lebih lanjut apa yang terjadi di kami, meski kami baru 6 bulan menikah ya. Dari situ gue jadi paham kenapa selama ini menstruasi gue tidak berjarak sebulan sekali, tapi bisa dua sampai tiga bulan sekali. Salah satu penyebabnya karena sel telur gue banyak yang kecil-kecil – tanda PCOs. Dan juga karena gue mudah stress – ini gue tahu belakangan. 😁
Karena gue teringat dengan diagnosa dokter kandungan itu, gue mulai mencari-cari info soal PCOs lebih dalam lagi. Ketemu lah dengan satu buku yang ditulis oleh dua orang dokter, dr. Gita Pratama, Sp.OG(K), MRepSc dan dr. Anton Tanjung. Isi bukunya sederhana aja sih, mengenalkan tentang PCOs, gejala-gejalanya dan cara mengatasinya. Pastinya diet makanan, tidur cukup dan olahraga serta mengatasi stress itu sendiri ternyata berpengaruh banget. Tapi kenapa gue tetap beli buku sederhana ini, yang semua infonya bisa gue dapetin mudah dengan gugling, adalah murni karena covernya yang berwarna ungu pastel!! 😂😂 *gak penting banget emang
Sebulan sudah melatih kebiasaan gaya hidup
baru, melatih pikiran juga mengumpulkan info. Sekarang tiba saatnya menunggu datangnya
menstruasi setelah terakhir itu tanggal 22 Januari, pas Imlek, pas juga pulang
dari RS yang pertama kali. Akhirnya tanggal 9 Maret gue datang bulan juga. Ada
rasa senang mendapati menstruasi gue muncul. Tapi sayangnya hanya berlangsung
sehari, besoknya langsung blass hilang total. Panik pastinya. Sutrisno alias stress melanda. Apalagi
kalau bukan si pikiran bawah sadar yang gangguin gue. Nah itu dia kenapa tadi gue bilang
pikiran ini mampu membuat menstruasi tersendat.
Sambil menunggu menstruasi ke-tiga, gue coba
lebih rileks kali ini. Gak yang total-total amat diet makanannya, tapi tetap
dalam kadar wajar. Sudah berani makan mie dan roti, tinggal diatur aja
ritmenya. Meski kadang masih sayang sama tubuhnya yang sudah cukup lumayan
bersih dari terigu. Pikiran juga sudah mulai bisa diatasi, gak ada lagi
pikiran-pikiran liar yang mengganggu. Kalau mulai datang, gue sudah bisa mengendalikannya.
Nah sambil menunggu ini, gue mulai punya keberanian
diri untuk mencari dokter kandungan yang akan gue sambangi. Ini juga salah satu
PR. Saking sudah lamanya gue gak pernah ke dokter kandungan, no idea gue akan
ke dokter kandungan siapa. Tapi tiba-tiba aja gue mendapat pencerahan dari
teman kuliah, Lia namanya. Kebetulan gue lihat sosmednya, langsung gue tanya-tanya dan gue dapat lah petunjuk akan ke dokter siapa. Gue akan cek ke Dokter Gahrani Chen, Sp.OG di RS Family, Pluit Mas.
Tiba saatnya gue periksa setelah menstruasi ketiga
yang datangnya tanggal 25 April, tepat di ultah gue. Gue mendaftarkan diri di
tanggal 4 Mei jam 10 pagi. Menurut info yang gue dapet dari Lia, pasiennya
banyak jadi gue harus datang lebih pagi. Dapat lah gue giliran nomor 2. Tapi semakin
dekat dengan giliran gue, tangan semakin dingin, jantung mulai berdegup sedikit
lebih kencang. Gue pun mengatur nafas yang masuk dan keluar. Gue mulai panik! 😂
Begitu sampai waktunya giliran gue, dokter
menyatakan rahim gue bersih. What?! BERSIH. Tidak ada tanda-tanda PCOs ataupun
kista di dalamnya. Menurut dokter, tidak semua PCOs durasi
datang mens nya lama. Tapi juga tidak semua orang yang mensnya teratur tidak
PCOs. Jadi bisa kemungkinan memang jarak datang menstruasi gue itu
panjang, tidak sebulan seperti kebanyakan. Dan besar kemungkinan dikarenakan
pikiran yang mengganggu.
Apakah gue lega?
Cukup lega, meski dari hasil foto USG masih ada ditemukan bulatan di ovarium. Tapi jumlahnya bukan tiga, melainkan hanya dua. Posisinya bukan di kanan, melainkan di kiri. Besar kemungkinan itu adalah sel telur, menurut dokter. Jadi, sudah bisa legakah gue saat ini? Gue aminkan dulu bahwa rahim gue baik-baik saja saat ini. Dan gue masih akan tetap menjalankan kebiasaan gaya hidup yang baru. Kalau bisa sih untuk selamanya.
Satu pesan sponsor hidup yang perlu dipegang. Memang harus selalu perlu mencari second opinion
untuk soal kesehatan. Jangan langsung percaya plek-plek apa kata dokter. Apalagi dokter yang menyatakan bukan dokter yang bersangkutan. Malah menambah beban pikiran aja. Bikin hidup jadi jungkir balik gak karuan. Tapiiii....gue jadi belajar banyak deh dari soal perkistaan ini... Apalagi kalau bukan jadi lebih sayang sama tubuh sendiri. 🥰🫰
No comments:
Post a Comment