Sebentar lagi tahun 2017 akan berakhir.
Tahun ini kami merasakan banyak sekali berkat melimpah, sukacita, kebahagian dan mujizat-mujizat yang datang ke kami. Boleh lah di tulisan kali ini sedikit mengulas semua keajaiban-keajaiban yang terjadi sepanjang tahun ini.
Yang paling utama dari semua mujizat itu adalah hubungan gue dan Ali yang mengalami banyak peningkatan. Jangan ditanya ya betapa resenya gue, suka banget bikin masalah kecil jadi gede. Biasa deh, tipe-tipe orang perfeksionis harus hidup berdampingan sama orang yang seleboran. Eh ternyata seiring dengan waktu, cerobohnya dia nular ke gue dan perfeksionis gue nular ke dia. Gue jadi gampang lupaan, karena suka ngomel kalau si Abang lupa mendadak karcis parkir dimana. Eh, gue pun ketularan jadi suka lupa, tau-tau gosong aja masakan gue. Trus doski juga jadi perfeksionis. Kebayang gak sih nimbangin buah satu-satu biar pas ditimbangnya. Perasaan gue kaga segitu perfeksionisnya dah. Ini sih judulnya doi rajin. Semoga pangkal kaya yak! :D
Jadilah berantem-berantem kecil trus jadi besar itu sekarang udah banyaaaak berkurang. Ternyata benar adanya, kalau hubungan kita berdua ini adem ayem, semua hal jadi lebih enak dan jadi lebih mudah. Segala apapun urusannya itu sekarang dah bisa didiskusikan dengan baik-baik, dipikirkan bersama, dibahas satu persatu dan coba diselesaikan dengan kepala dingin. Puji Tuhan, semoga bisa gini terus yaa, Bang! *kecup*
Dengan rukunnya kami ini sangat berdampak baik juga untuk si Boy. Memang gue akui dengan seringnya kami berantem ini, si Boy jadi suka ketakutan sendiri. Huhuhu...bad mom banget deh gue. Sekarang pun doi sering banget ngecek, "Mama berantem ya sama Papa?" kalau liat muka gue tau-tau jutek. Ya maklum ya, muka jutek pan udah dari sononya ya. Tapi untungnya masa-masa ini pun juga udah teratasi. Dan semoga juga trauma si Boy pun pelan-pelan menghilang.
Sempat di awal tahun gue dan nyokap kurang cocok. Setelah hal ini gue renungkan baik-baik, mencoba melawan emosi dan ego gue, akhirnya hubungan gue dan nyokap membaik. Dengan rukunnya kami banyak membawa mujizat. Tiba-tiba aja dalam hitungan bulan, rumah yang ditempati nyokap ada yang nawar. Padahal sudah 2 tahun lebih rumah itu mau dijual, tapi gak kunjung ada juga yang mau beli. Entah gimana, proses jual beli rumah ini pun berjalan cepat dan cukup lancar melalui tangan-tangan orang yang baik di sekitar kami. Akhirnya di akhir April, rumah yang kami tempati selama 28 tahun itu terjual.
Begitu banyak momen yang dilewati kami dengan rumah itu. Jujur, gue sempet nangis waktu harus meninggalkan rumah itu. Gue diem beberapa saat untuk mengucapkan banyak terima kasih atas segala peristiwa yang datang dan berharap semoga rumah itu bisa membawa kedamaian, kebahagiaan dan juga sukacita bagi yang menempatinya. So long, Home!
Berhubung rumah kami belum selesai dibangun dan nyokap pun belum tau akan pindah kemana karena proses jual beli yang cepat itu, akhirnya kami memutuskan untuk mengontrak rumah dekat-dekat rumah lama kami. Masih di dalam komplek yang sama. Saat ini kami masih berada di phase ini, walaupun rumah kami sudah jadi dan nyokap pun sudah beli rumah lagi. Gue percaya akan ada pembelajaran lagi dalam setiap phase kehidupan kami ini.
Nyokap ada kasih bagian untuk kami. Dengan hasil pembagian itu, gue dan Ali memutuskan untuk menyelesaikan segala kewajiban-kewajiban kami. Inilah yang selama ini sering jadi bahan berantem di antara kami. Kami pernah mengalami jatuh dalam lubang paling terdalam di tahun 2014 yang menyebabkan kami banyak dikejar oleh debt collector. Tunggakan-tunggakan yang menggunung, hutang sana sini pun juga banyak, belum lagi kehidupan kami yang sangat pas-pasan. Pernah ada di satu masa kami harus melewati hari hanya dengan uang 100 ribu untuk seminggu. Bersyukur tiba-tiba mujizat datang melalui teman-teman kami lewat orderan Hampers. Tuhan bekerja melalui mereka.
Dengan selesainya segala tunggakan kami, hidup ini rasanya lebih enteng meskipun hanya sedikit sisa yang bisa kami pegang. Tapi hidup tanpa hutang itu rasanya luar biasa. Sekarang kami pun belajar untuk menerima berkat seberapa pun. Kadang kalau dipikir-pikir sepertinya tidak akan cukup, tapi entah gimana caranya Tuhan bekerja, semua jadi cukup. Merinding yaaaa!
Bersyukur lagi adalah pelan tapi pasti pertemanan kami pun mengalami seleksi alam. Kami banyak bertemu orang-orang yang berpikir positif yang banyak membantu kami dalam merubah mindset. Lucunya lagi, kami pun dipertemukan dengan orang-orang yang sedang mengalami hal serupa dengan kami beberapa tahun lalu, problem dengan masalah keuangan. Seperti sedang diajak semesta untuk berbagi pengalaman.
Dalam pertemanan kami ini, kami banyak belajar untuk berbagi dalam segala hal. Sebut aja dalam pendidikan anak-anak, kami mencoba berbagi ilmu satu dengan lainnya dimana gue sendiri malu banget karena gak punya skill apa-apa untuk dibagi. Tapi bersyukur aja punya teman-teman yang berhati mulia yang mau berbagi skill mereka. Selain itu kami juga belajar untuk melungsurkan pakaian dan mainan anak-anak kami. Yang besar melungsurkan ke yang kecil. Disini gue belajar juga untuk mensortir pakaian-pakaian dan mainan-mainan si Boy yang sudah kekecilan ataupun yang sudah gak dipakai lagi untuk teman-teman kicik atau orang lain yang membutuhkan.
Belum lagi dalam pertemanan kami ini gue banyak belajar soal kesehatan. Bagaimana mengenali dan menyayangi tubuh kita sendiri dalam mengkonsumsi makanan. Sudah dari pertengahan Februari, gue membatasi tubuh gue untuk mengkonsumsi karbo dan gula. Kadang kalau sudah kebanyakan tiba-tiba aja kepala jadi pusing dan badan rasanya gak karuan. Sekarang sih masih on off alias bandel kalau liat mie. Wooo, otak reptil gue kalah dah sama mie!! :P
Ada yang seru lagi di tahun ini. Gue mengajukan diri untuk menjadi koordinator simpul untuk Perserikatan Homeschooler Indonesia wilayah Jakarta Barat. Dimana gue bisa bertemu dan temenan dengan banyak keluarga homeschooling seluruh Indonesia. Suatu kebanggaan tersendiri bisa berdiri diantara teman-teman yang keren-keren dalam pemikiran ini.
Dengan tergabungnya gue menjadi Koorsim Wilayah ini, gue jadi terpacu untuk mulai ngebenerin HSnya si Boy. Pelan tapi pasti dari mengobservasi sana sini, akhirnya gue pun memutuskan mengganti kurikulum si Boy dengan menggunakan metode Charlotte Mason. Kami mulai menjalankan metode CM ini dari Oktober. Kami mulai mengumpulkan living books, lebih memilih aktivitas alam ketimbang ke mol, banyak jalan ke museum, mulai difokuskan les Mandarinnya dan menambah les gambar untuk minatnya si Boy. Satu langkah lagi adalah memberhentikan keanggotaan di Rockstar Gym dan mengganti kegiatan olahraganya dengan bergabung dengan klub basket Gading Muda. Latihan yang lebih berat dari biasanya sangat melatih mental si Boy. Dan bersyukurnya lagi, dalam kurun waktu 3 bulan doi ditarik untuk masuk dalam tim dan menghadapi pertandingan perdananya di luar RG di Desember ini. Suatu pengalaman menarik buat kami bertiga.
Berkat lainnya lagi dalam tahun ini yang kami terima adalah tawaran kerja untuk si Abang. Ahhh...puji syukur gak ada habisnya memang. Tawaran kerja ini pun datangnya tanpa di duga dari seorang teman yang beberapa waktu lalu pun pernah menawari kerjaan di luar kota dan terpaksa kami tolak yang ujungnya jadi nyesel kenapa gak diterima aja. Tiba-tiba aja terlintas, kalau ada tawaran lagi darinya, terima aja. Ealaaah, beberapa hari setelah itu tawaran kerjaan pun datang, dari orang yang sama. What a mind!
Dengan kembalinya Ali kerja, gue bisa lihat dia jadi lebih percaya diri. Mulai menjalin pertemanan lagi, rajin ikut reuni dan bahkan jadi panitia untuk reuni tersebut. Baru-baru ini pun dia mulai rajin ikut main basket dengan para bapak di klub basket si Boy yang setiap Jumat suka ngajakin. Seneng liatnya!
Dengan kembalinya Ali kerja, gue bisa lihat dia jadi lebih percaya diri. Mulai menjalin pertemanan lagi, rajin ikut reuni dan bahkan jadi panitia untuk reuni tersebut. Baru-baru ini pun dia mulai rajin ikut main basket dengan para bapak di klub basket si Boy yang setiap Jumat suka ngajakin. Seneng liatnya!
Sebelumnya jalan-jalan keluar kota itu merupakan mimpi yang selalu kami tulis di setiap awal tahun, tapi sayangnya gak pernah terwujud sama sekali. Di tahun ini, puji syukur, kami diberi kesempatan untuk menikmati jalan-jalan keluar kota dengan keluarga di Lebaran kemarin. Lalu selang beberapa bulan, gue dan Si Boy pun pergi dengan seorang teman naik kereta ke Semarang untuk mengikuti rapat akbar PHI. Sesuatu yang jarang terjadi, pergi berduaan aja sama si Boy tanpa babehnya. Dan bulan November kemarin, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Solo, merayakan 1 dekade usia perkawinan gue dan si Abang, tentunya si Boy juga diajak ngebolang.
Komunikasi dengan keluarga pun di tahun ini jauh membaik. Bersyukur masih diberi kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan mereka. Bisa mengajak masing-masing orang tua untuk jalan-jalan sebulan sekali itu suatu berkat tersendiri, dimana tahun-tahun sebelumnya hal ini sangat susah dibayangkan oleh kami.
Begitu banyak berkat melimpah yang kami terima di tahun ini, banyak mujizat yang terjadi yang sama sekali gak pernah terbayangkan oleh kami dan kami mensyukuri segala anugerahNya. Ahhh, jadi melow...jadi pingin nangisss....luar biasa sekali tahun ini.
Terima kasih ya, Tuhan!
Begitu banyak berkat melimpah yang kami terima di tahun ini, banyak mujizat yang terjadi yang sama sekali gak pernah terbayangkan oleh kami dan kami mensyukuri segala anugerahNya. Ahhh, jadi melow...jadi pingin nangisss....luar biasa sekali tahun ini.
Terima kasih ya, Tuhan!