Drakor ooh Drakor - Lievell

Friday, July 17, 2020

Drakor ooh Drakor

Sebetulnya sudah dapat diprediksi sebelumnya sih, kalau nonton drama seri semacam drakor itu sama seperti menjebloskan diri sendiri ke dalam lubang dan bakal susah untuk keluar. Memang dasar iman ini juga gak kuat-kuat amat ya, begitu mencoba satu judul saja, meskipun dah janji dengan diri sendiri untuk gak terlena, susah sekali ternyata untuk berhenti. Seperti layaknya magnet, drakor ini benar-benar menghipnotis sekali.


Berawal ketika salah satu stasiun TV swasta menayangkan satu judul serial drakor di tengah masa pandemi Covid-19 di pagi hari. Dengan kesadaran penuh (sebetulnya) gue menanyakan ke salah satu teman dari kecil gue yang memang suka sekali ber-drakor ria, dengan applikasi apa dia biasa menonton tayangan drakor. Dengan kesadaran penuh juga gue akhirnya mantap men-download applikasi tersebut dan menonton judul serial drakor yang ditayangkan di TV itu. Niatnya sih supaya gak capek-capek nunggu setiap hari per episodenya. Ya, tau sendiri kan, namanya drakor yang serupa tapi tak sama dengan sinetron ini, kalau sudah di akhir tayangan pasti dibikin situasi semacam lo lagi boker trus lo dipanggil sama bos gitu. Nanggung! Gak enak banget rasanya kan. Nah, dengan alasan itu lah, berikut janji gak akan terlena ke drakor-drakor lainnya, gue mulailah kenistaan menonton drakor.


Ketika seri pertama ditonton, menimbulkan sensasi tadi yang gue jelaskan (semacam boker gak tuntas itu, cuy), gue lanjut ke seri kedua, ketiga, terus dan terus, Sampai akhirnya gue kaget sendiri, dalam 3 hari sudah kelar gue tonton 16 episode. Kebayang kan, 5 episode dalam seharinya, dan ditonton secara marathon sampai niat tidur jam 1 atau setengah 2 pagi. Lalu berhenti sampai di situ?

Tentu tidak, Marimar!


Seperti biasa, ketika selesai menonton sesuatu, sudah jadi rutinitas bagi gue untuk browsing segala sesuatu yang berkaitan dengan tayangan yang gue tonton, seperti misalnya mengecek siapa nama pemainnya, latar belakang si aktor dan aktris ini, belum lagi melihat-lihat dia main di mana lagi. Kebiasaan ini pun juga gue lakukan dengan drakor yang gue tonton. Iseng awalnya lalu berujung jadi kepingin lanjut ke drakor berikutnya dimana si actor berperan juga. Kebetulan lagi di drakor berikutnya adalah salah satu drakor yang pernah fenomenal juga di masanya, sekitar tahun 2016-2017an gitu lah. Terlintaslah untuk menontonnya, yang kebetulan kali ini bisa-bisaan gue dapat grup tayangan drakor terlengkap di applikasi Telegram dari teman lain pecinta drakor juga. Dengan mudahnya drakor-drakor tersebut diunduh dan dapat ditonton, bahkan tanpa mobile data pun. Semakin nyaman saja situasinya ini. Tapi kali ini sudah gak se-barbar sebelumnya, ditonton cukup manusiawi, 16 episode dalam 5 hari. Cukup beradab lah ya. :P – pembelaan diri dari tersangka korban drakor.


Guardian: The Lonely and Great God


Ternyata oh ternyata, kejatuhan gue dengan drakor ini belum berakhir, sodara-sodara seiman dan senegara. Gue terlena dengan salah satu actor di drakor kedua yang berjudul Goblin. Yes, gue jadi demen banget sama pemainnya, Gong Yoo. Sampai-sampai gue niatin hanya akan menonton semua film dan drakor yang dimainkan oleh dia saja. Ini ceritanya untuk mempersempit iman gue yang gak kuat ini ya, supaya lebih tegar lagi menghadapi cobaan drakor. Namun sayangnya, korban drakor ini (gue!!) bukan hanya kurang iman dengan mengurangi tayangannya, tapi juga nambah dosa baru. Hampir tiap hari yang diliatin ya si Gong Yoo ini. Mesem-mesem sendiri gak jelas kaya orang gila. Nyanyiin theme songnya, padahal ngerti juga kaga artinya apa. Sampai punya niat mau belajar bahasa Korea, biar kalau nonton gak usah ditongkrongin subtitlenya tapi fokus sama mukanya aja.


Sebetulnya kalau mau milih sih gue mau menjadi penonton garis keras aja, yang hanya nonton tayangan yang ada Gong Yoo aja gitu. Sayangnya pemain drakor ini kan bejibun, meski banyak drakor bertebaran di mana-mana, satu aktor itu tidak terlalu banyak main drakornya. Begitu juga dengan Gong Yoo ini, drakornya hanya sedikit yang bisa ditonton. Akhirnya, sekelar dengan drakor-drakor yang dimainkan oleh Gong Yoo, gue beralih ke drakor fenomenal lainnya.  Kali ini gue hijrah ke tayangan Descendants of the Sun dengan pemainnya Song Joong Ki dan Song Hye Kyo. Dan di drakor ini pun gue terpesona dengan mereka berdua. Sempet ikutan baper pas baca-baca kisah mereka di real life dimana mereka akhirnya mereka beneran sampai masuk ke pernikahan dan sekarang dah bercerai. Halah!


Drakor terbaru yang saat ini baru aja gue selesaikan adalah The Innocent Man, yang main Song Joong Ki – mulai punya dua idola dah ini. Ya itu, lanjut dari DOTS, gue penasaran dengan drakor lainnya dari SJK ini. Ini pun juga hasil dari rekomendasi teman gue yang cinta banget sama doski. Biar dikata mukanya putih macam kulit bangkuang dan manis imut-imut (baby face gitu lah), tapi di dua drakor yang gue tonton, aktingnya oke juga. Drakor yang ini salah satu drakor yang menurut gue alur ceritanya cukup bikin gue up n down dengan tema balas dendam dari percintaan segitiga. Keren sih menurut gue sebagai penonton newbie drakor.


Jadilah selama pandemi ini gue sudah marathon nonton drakor entah ke berapa lah ini. Tapi gue akui sih, semakin ke sini drakor semakin beragam tema ceritanya dan semakin enak ditonton dengan pemandangan-pemandangan yang menarik juga. Ditambah lagi akting para pemainnya udah lebih oke juga. Gue sendiri sebetulnya pernah terlena nonton drama seri ketika sebelum nikah. Waktu itu masih eranya Meteor Garden dan setipenya yang sempat mengisi waktu gue saat itu. Karena gue sadar betul betapa gue gampang terlena dengan serial-serial seperti ini, jadi gue memilih menghindari nonton. Ealah, malah sekarang gue sendiri dengan sadar penuh memilih jalur drakor untuk mengisi waktu selama pandemi. Dodol emang! :D


Drakor alias Drama Korea ini benar-benar banget deh. Gue yang tadinya merasa hina jangan sampai kejeblos nonton drakor, eh sekarang malah ketagihan. Gue yang tadinya lihat muka aktor dan aktris Korea Selatan serasa sama semua gak ada bedanya, sekarang dikit-dikit paham siapa mereka. Gue yang tadinya mikir nama mereka semua mirip sampe susah bedain, sekarang mulai kebayang nama-nama mereka dikaitkan dengan mukanya. Bayangin aja gue pernah salah duga dong kalau Kim Jong-un adalah salah satu actor drakor. Ya amplop!! Sumpah, nama dan muka mereka itu susah diingat, man!!


Seringkali gue mengumpat “Drakor sialan!!” karena gue terlena dengan nonton drakor tetapi sebenarnya dianggap nista sekali juga gak sih nonton drakor ini. Memang perlu membagi waktu dengan imbang aja sebetulnya. Bagaimanapun juga ya tetap harus menerima keadaan kalau memang sudah terjerembab jatuh nyungsep tenggelam ke dalam dunia drakor yang udah seperti racun dunia selain si narkoba dan teman-temannya. Satu-satunya ya mencari cara untuk berdamai dengan situasi. Baiknya ya diatur dengan seimbang antara input dan output. Berhasil memasukan drakor ke dalam kesenangan, berarti harus ada output hasil dari kesenangan itu, misalnya saja mengkondisikan setiap selesai dengan satu drakor, buatlah review dalam bentuk tulisan untuk dibaca secara pribadi ataupun diunggah ke blog. Belajar lah bahasanya, karena bahasa Korea ini unik meskipun agak susah dipahami. Menarik sebetulnya belajar Korea. Begitu juga dengan tradisi mereka yang setiap makan harus banyak menunya, setiap bertemu dengan orang harus menunduk, bersalaman pun harus sopan dengan memegang antara ujung siku ataupun pinggang kanan. Sedikit sedikit jadi belajar bahasa dan tradisi mereka. Move on juga penting, artinya masih ada hal lain selain drakor. Kewajiban-kewajiban yang harus diselesaikan dalam keseharian ya diselesaikan dulu baru menonton di waktu senggang. Jangan sampai bablas lupa waktu dan lupa diri.


Semoga aja semakin beradab dan napak tanah ya dalam menonton drakor biar menjadi manusia yang lebih tahan iman – toyor pala ndiri ini sih mah. *nyengir*


No comments:

Post a Comment