Ourselves - Pribadi yang Hebat - Lievell

Wednesday, September 22, 2021

Ourselves - Pribadi yang Hebat

 


Apakah kita terlahir dengan potensi yang hebat?

 

Masih dari isi pembukaan buku Ourselves, CM mencoba untuk menjelaskan tentang diri manusia.

 

Pribadi Dualitas

 

Sejatinya setiap manusia yang terlahir di dunia ini mempunyai tendesi untuk menjadi baik dan juga menjadi jahat. Pikirannya mampu berpikir untuk dua hal yang sangat berseberangan. Memunculkan banyak skenario-skenario pikiran seperti layaknya malaikat dan setan yang sedang berperang. Kadang kala pikiran diajak untuk ragu, apakah kita sanggup menjadi pribadi yang baik. Kadang kala juga, kita dibawa ke dalam perasaan yang terombang ambing. Sensitif terhadap keadaan di sekitar ataupun mempunyai rasa malu sekaligus bangga akan diri sendiri. Tugas kita sebagai pemilik dari diri ini adalah melatih pikiran untuk tidak melulu melihat diri secara subyektif tapi mampu berpikir dan berperilaku secara obyektif.

 

Pribadi yang Tidak Dicintai

 

Dalam memasuki usia remaja, kerap kali diri merasa tidak dihargai dan dicintai. Pandangan orang terhadap kita seakan menjadi sangat penting sekali. Segala perilaku dan pikiran kita banyak bergantung pada kacamata pendapat orang lain. Ketika hal-hal seperti ini tidak segera dibereskan, mungkin sekali remaja akan tumbuh  hilang arah seperti layaknya kapal yang berada di tengah lautan. Tidak jelas mau kemana arah tujuan hidupnya. Sungguh tidak heran, ketika dewasa kerap kali pribadinya terlihat menjadi sangat obesesi terhadap diri sendiri. Melihat segala sesuatunya hanya semata untuk menjadikan dirinya hebat.

 

Pribadi Yang Hebat

 

CM ingin menekankan di sini, betapa jiwa manusia itu sangat berharga. Kita perlu belajar untuk mengenal diri kita sendiri lebih dalam lagi. Betul, manusia punya pribadi dualitas yang menuntun kita untuk menjadi pribadi yang tidak baik. Tapi perlu disadari, kita punya kuasa untuk tidak mengikuti keinginan diri menjadi jahat. Belum lagi pikiran kadang membajak kita untuk berpikir kita ini tidak berharga, sehingga memandang diri rendah dan tidak berdaya. Membuat pribadi kita lebih banyak mengikuti pandangan orang lain ketimbang melihat ke dalam diri sendiri.

 

Seperti penulis M. Maeterlinck dari Belgium. Ia melihat sosok Emily Bronte yang hidupnya sangat biasa sekali namun bisa mempunyai jiwa yang hebat. Juga seperti Nelson Mandela, yang hidup dalam pengasingan puluhan tahun dalam sel yang sempit. Bagaimana ia mampu bertahan dan menjadi tidak gila selepas dari kondisi seperti itu? Apa sebetulnya yang membuat pribadi-pribadi itu sanggup mempunyai jiwa yang hebat meski hidupnya tidak dikelilingi oleh sesuatu yang hebat?

 

Seringkali kita memakai segala alasan untuk tidak mau keluar dari pikiran subyektif kita. Merasa lingkungan tidak mendukung kita, merasa tidak adanya kesempatan untuk berubah, merasa hidup ini sudah terlalu kejam terhadap kita, dan segudang alasan lainnya yang membuat kita tidak mau bangkit dan membenahi diri.

 

Kembali ke pertanyaan di atas tadi, apakah benar kita terlahir dengan memiliki potensi yang hebat di dalam diri kita seperti Emily Bronte ataupun seperti Nelson Mandela?

 

Sepertinya, hampir semua orang mempunyai bekal tersebut di dalam dirinya, yang tentunya siap untuk digali kapan saja. Meskipun kita tidak pernah tahu seberapa luas tangki potensi kita ini. Tentu ini karena setiap manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda. Lantas, pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita tahu sudah menggali segala potensi di dalam diri kita?

 

Tentu kita butuh suatu pemantik untuk menggali lebih dalam potensi diri. Kadang pemantik itu disebut dengan pengalaman yang didapat dari tahun-tahun kehidupannya. Bagaimana pengalaman hidup mampu membentuk diri menjadi pribadi yang hebat. Kadang juga pemantik tersebut datang karena atmosfer yang didapat, yang sedikit banyak berperan juga dalam pembentukan diri. Mungkin juga pemantik tersebut datang dalam rupa bacaan yang kita baca. Bacaan yang muncul dari ide-ide hidup yang ditulis oleh penulisnya. Dan bisa jadi juga, pemantik itu sudah terpapar dan telah terserap baik pada saat kita bertumbuh, yang datangnya lewat hukum alam ataupun hukum Tuhan. Apapun itu kita memang tidak pernah tahu bagian mana yang sudah memantik kita untuk bertumbuh.

 

Dalam menumbuhkan potensi diri ini, tentu banyak proses yang dijalani. Memaknai setiap masalah yang datang dan menjadikannya refleksi kehidupan menjadi salah satu proses dalam bertumbuh itu. Namun, bisa saja persepsi kita terhadap masalah yang datang itu berbeda. Cara pandang inilah yang akhirnya membentuk diri kita. Entah itu kita akan tersesat dan terjerumus menjadi manusia yang gagal ataupun gitu-gitu aja. Atau kita mampu melihat masalah itu sebagai proses pembentukan diri. Memang dibutuhkan kemauan yang kuat untuk terus belajar dan bertumbuh menjadi pribadi yang hebat.

 

Lantas, apa jadinya maksud dari pribadi yang hebat ini? Apakah seseorang yang hebat adalah orang yang terkenal dalam hidupnya, atau orang yang sukses menjadi berlimpah dalam harta?

 

Pribadi yang hebat adalah pribadi yang mampu mengenali dan mengendalikan dirinya sendiri lewat potensi yang Tuhan sudah berikan. Memahami bagaimana menggalinya dan menjadi berguna bagi sekitar. Namun tidak mengukur keberhasilan diri hanya sebatas pemenuhan validasi atas kacamata opini orang lain. Dan tentunya untuk menjadi pribadi yang hebat (the Great Self) adalah perjalanan spiritual kehidupan manusia itu sendiri.

 

 


No comments:

Post a Comment