Apakah kita terlahir dengan potensi yang hebat?
Masih dari isi pembukaan buku Ourselves, CM mencoba untuk
menjelaskan tentang diri manusia.
Pribadi Dualitas
Sejatinya setiap manusia yang terlahir di dunia ini
mempunyai tendesi untuk menjadi baik dan juga menjadi jahat. Pikirannya mampu
berpikir untuk dua hal yang sangat berseberangan. Memunculkan banyak
skenario-skenario pikiran seperti layaknya malaikat dan setan yang sedang
berperang. Kadang kala pikiran diajak untuk ragu, apakah kita sanggup menjadi
pribadi yang baik. Kadang kala juga, kita dibawa ke dalam perasaan yang
terombang ambing. Sensitif terhadap keadaan di sekitar ataupun mempunyai rasa malu
sekaligus bangga akan diri sendiri. Tugas kita sebagai pemilik dari diri ini
adalah melatih pikiran untuk tidak melulu melihat diri secara subyektif tapi
mampu berpikir dan berperilaku secara obyektif.
Pribadi yang Tidak Dicintai
Dalam memasuki usia remaja, kerap kali diri merasa tidak
dihargai dan dicintai. Pandangan orang terhadap kita seakan menjadi sangat
penting sekali. Segala perilaku dan pikiran kita banyak bergantung pada
kacamata pendapat orang lain. Ketika hal-hal seperti ini tidak segera dibereskan,
mungkin sekali remaja akan tumbuh hilang
arah seperti layaknya kapal yang berada di tengah lautan. Tidak jelas mau kemana
arah tujuan hidupnya. Sungguh tidak heran, ketika dewasa kerap kali pribadinya
terlihat menjadi sangat obesesi terhadap diri sendiri. Melihat segala sesuatunya
hanya semata untuk menjadikan dirinya hebat.
Pribadi Yang Hebat
CM ingin menekankan di sini, betapa jiwa manusia itu sangat
berharga. Kita perlu belajar untuk mengenal diri kita sendiri lebih dalam lagi.
Betul, manusia punya pribadi dualitas yang menuntun kita untuk menjadi pribadi
yang tidak baik. Tapi perlu disadari, kita punya kuasa untuk tidak mengikuti
keinginan diri menjadi jahat. Belum lagi pikiran kadang membajak kita untuk
berpikir kita ini tidak berharga, sehingga memandang diri rendah dan tidak
berdaya. Membuat pribadi kita lebih banyak mengikuti pandangan orang lain
ketimbang melihat ke dalam diri sendiri.
Seperti penulis M. Maeterlinck dari Belgium. Ia melihat
sosok Emily Bronte yang hidupnya sangat biasa sekali namun bisa mempunyai jiwa
yang hebat. Juga seperti Nelson Mandela, yang hidup dalam pengasingan puluhan
tahun dalam sel yang sempit. Bagaimana ia mampu bertahan dan menjadi tidak gila
selepas dari kondisi seperti itu? Apa sebetulnya yang membuat pribadi-pribadi itu
sanggup mempunyai jiwa yang hebat meski hidupnya tidak dikelilingi oleh sesuatu
yang hebat?
Seringkali kita memakai segala alasan untuk tidak mau keluar
dari pikiran subyektif kita. Merasa lingkungan tidak mendukung kita, merasa
tidak adanya kesempatan untuk berubah, merasa hidup ini sudah terlalu kejam
terhadap kita, dan segudang alasan lainnya yang membuat kita tidak mau bangkit
dan membenahi diri.
Kembali ke pertanyaan di atas tadi, apakah benar kita
terlahir dengan memiliki potensi yang hebat di dalam diri kita seperti Emily
Bronte ataupun seperti Nelson Mandela?
Sepertinya, hampir semua orang mempunyai bekal tersebut di
dalam dirinya, yang tentunya siap untuk digali kapan saja. Meskipun kita tidak
pernah tahu seberapa luas tangki potensi kita ini. Tentu ini karena setiap
manusia dilahirkan dengan potensi yang berbeda. Lantas, pertanyaan selanjutnya,
bagaimana kita tahu sudah menggali segala potensi di dalam diri kita?
Tentu kita butuh suatu pemantik untuk menggali lebih dalam
potensi diri. Kadang pemantik itu disebut dengan pengalaman yang didapat dari
tahun-tahun kehidupannya. Bagaimana pengalaman hidup mampu membentuk diri
menjadi pribadi yang hebat. Kadang juga pemantik tersebut datang karena
atmosfer yang didapat, yang sedikit banyak berperan juga dalam pembentukan
diri. Mungkin juga pemantik tersebut datang dalam rupa bacaan yang kita baca.
Bacaan yang muncul dari ide-ide hidup yang ditulis oleh penulisnya. Dan bisa
jadi juga, pemantik itu sudah terpapar dan telah terserap baik pada saat kita
bertumbuh, yang datangnya lewat hukum alam ataupun hukum Tuhan. Apapun itu kita
memang tidak pernah tahu bagian mana yang sudah memantik kita untuk bertumbuh.
Dalam menumbuhkan potensi diri ini, tentu banyak proses yang
dijalani. Memaknai setiap masalah yang datang dan menjadikannya refleksi
kehidupan menjadi salah satu proses dalam bertumbuh itu. Namun, bisa saja
persepsi kita terhadap masalah yang datang itu berbeda. Cara pandang inilah yang
akhirnya membentuk diri kita. Entah itu kita akan tersesat dan terjerumus
menjadi manusia yang gagal ataupun gitu-gitu aja. Atau kita mampu melihat
masalah itu sebagai proses pembentukan diri. Memang dibutuhkan kemauan yang
kuat untuk terus belajar dan bertumbuh menjadi pribadi yang hebat.
Lantas, apa jadinya maksud dari pribadi yang hebat ini?
Apakah seseorang yang hebat adalah orang yang terkenal dalam hidupnya, atau
orang yang sukses menjadi berlimpah dalam harta?
Pribadi yang hebat adalah pribadi yang mampu mengenali dan
mengendalikan dirinya sendiri lewat potensi yang Tuhan sudah berikan. Memahami
bagaimana menggalinya dan menjadi berguna bagi sekitar. Namun tidak mengukur
keberhasilan diri hanya sebatas pemenuhan validasi atas kacamata opini orang
lain. Dan tentunya untuk menjadi pribadi yang hebat (the Great Self) adalah
perjalanan spiritual kehidupan manusia itu sendiri.
No comments:
Post a Comment