The Biology of Belief - Belajar dari Cawan Petri - Lievell

Sunday, September 5, 2021

The Biology of Belief - Belajar dari Cawan Petri


Pujian Bagi Sel-Sel Pintar dan Murid-Murid Pintar


Di Pulau Karibia, Bruce menjadi salah satu dosen pengganti di salah satu universitas kedokteran. Pada saat itu, ia menjadi dosen pengganti ke 4 dalam satu semester. Kebayang mahasiswanya gak paham dengan apa yang dipelajarinya karena dosen-dosen yang bergantian keluar di sepanjang semester. Ketika ia memberikan tes ke mahasiswanya, sudah dapat dipastikan mereka tidak paham dan tidak bisa mengerjakannya. Melihat kesusahan mahasiswanya ini, Bruce seperti mendapat pencerahan untuk membantu mereka. Ia sendiri sadar kalau ia akan ekstra banget mengajar mereka, tapi entah mengapa ia justru merasa semangat.

 

Mata kuliah yang ia ajarkan ke mahasiswanya ini adalah ilmu Histologi yang erat kaitannya dengan sel. Ini seperti mengingatkan Bruce ke masa kecilnya, dimana ia begitu sangat tertarik ketika ia melihat sel-sel tersebut dari mikroskop. Lalu, ia menyamakan sel-sel itu seperti miniatur manusia yang mirip secara fisik maupun perilakunya. Namun sayangnya, ide menyamakan ini, antropomorfisme, tidak sejalan dengan para peneliti lainnya. Mereka menganggap menyamakan sel dengan manusia seperti dosa yang besar yang merendahkan derajat manusia.

 

Sebetulnya Bruce tidak salah-salah banget karena kenyataannya memang manusia adalah organisme multiseluler yang terdiri dari triliunan sel individu. Ia lalu mengajak kita untuk melihat dari perspektif yang menarik. Sel yang hidup di dalam tubuh sama seperti  kita yang hidup bersama dengan triliunan manusia lainnya di bumi. Serupa tapi dalam bentuk yang tidak sama.

 

Menariknya lagi adalah setiap sel yang ada di dalam tubuh manusia mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Sel-sel ini pun sangat pintar. Misalkan sel-sel tersebut diangkat keluar dari tubuh manusia, mereka bisa beradaptasi dan bertahan dengan caranya masing-masing. Selayaknya manusia yang bisa mengenal lingkungannya dan beradaptasi seiring dengan waktu.

 

Selain itu, setiap sel ini juga mampu belajar dari pengalaman dan mampu menyimpan memori. Seperti ketika ada sel baru masuk ke dalam tubuh. Sel imun langsung mengenali sel baru yang masuk. Menandai ada virus baru yang akan merusak jaringan di dalam tubuh. Antibodi langsung bekerja sebagai pertahanan pertama. Sel tersebut langsung menyimpan memori. Jika sewaktu-waktu datang kembali, maka sel dengan cepat sudah mengenali dan mampu mengatasinya. Ini bukti bahwa sel memang pintar.

 

Sayangnya, belakangan ini manusia justru mendapat satu pemikiran baru bahwa mikroorganisme yang bernama bakteri harus dibunuh dengan sabun anti bakteri ataupun antibiotik. Keduanya ini sangat tidak pandang bulu, mematikan bakteri yang memang berbahaya bagi tubuh sekaligus yang tidak berbahaya. Mengabaikan bahwa ada bakteri yang juga penting bagi tubuh.

 

Contohnya saja bakteri di sistem pencernaan. Tentu ada bakteri-bakteri yang berguna untuk menyerap vitamin dan mengolah makanan di dalam usus. Tapi karena belakangan ini juga semakin marak tren makanan yang dimodifikasi ini itu, maka bakteri di dalam usus pun mulai meronta-ronta dan butuh pertolongan. Sayangnya, pertolongan pun datang bukan dari mengubah pola makan tapi menggantinya dengan obat-obatan yang dianggap ampuh. Justru yang terjadi adalah membuat sistem pencernaan semakin amburadul.

 

Penjelasan-penjelasan Bruce yang panjang lebar betapa miripnya sel dengan manusia ini banyak membantu  mahasiswanya paham dan berhasil mengerjakan tes ulang yang diberikan Bruce, dan lulus dari mata kuliahnya.


Sel hidup berdampingan dengan kita secara kasat mata. Tidak hanya ada di dalam tubuh kita, tapi mereka juga ada di sekitar kita. Di alam, tumbuhan, hewan. Jumlahnya pun sudah pasti melebihi jumlah populasi manusia. Tapi sedikit banyak ekosistem mereka terganggu juga. Misalnya saja pemanasan global yang saat ini terjadi di bumi. Penggundulan hutan yang membuat lapisan ozon semakin menipis salah satunya. Tentu membuat sel terus berevolusi mengikuti situasi dan kondisi.

 

Dan perlu diingat bahwa penyebab utama dari semuanya ini siapa lagi kalau bukan ulahnya manusia itu sendiri. Sungguh miris.

 


No comments:

Post a Comment