Pujian Bagi Sel-Sel Pintar dan Murid-Murid Pintar
Di Pulau Karibia, Bruce menjadi salah satu dosen pengganti
di salah satu universitas kedokteran. Pada saat itu, ia menjadi dosen pengganti
ke 4 dalam satu semester. Kebayang mahasiswanya gak paham dengan apa yang
dipelajarinya karena dosen-dosen yang bergantian keluar di sepanjang semester.
Ketika ia memberikan tes ke mahasiswanya, sudah dapat dipastikan mereka tidak
paham dan tidak bisa mengerjakannya. Melihat kesusahan mahasiswanya ini, Bruce
seperti mendapat pencerahan untuk membantu mereka. Ia sendiri sadar kalau ia
akan ekstra banget mengajar mereka, tapi entah mengapa ia justru merasa
semangat.
Mata kuliah yang ia ajarkan ke mahasiswanya ini adalah ilmu
Histologi yang erat kaitannya dengan sel. Ini seperti mengingatkan Bruce ke
masa kecilnya, dimana ia begitu sangat tertarik ketika ia melihat sel-sel
tersebut dari mikroskop. Lalu, ia menyamakan sel-sel itu seperti miniatur
manusia yang mirip secara fisik maupun perilakunya. Namun sayangnya, ide
menyamakan ini, antropomorfisme,
tidak sejalan dengan para peneliti lainnya. Mereka menganggap menyamakan sel
dengan manusia seperti dosa yang besar yang merendahkan derajat manusia.
Sebetulnya Bruce tidak salah-salah banget karena
kenyataannya memang manusia adalah organisme multiseluler yang terdiri dari
triliunan sel individu. Ia lalu mengajak kita untuk melihat dari perspektif yang
menarik. Sel yang hidup di dalam tubuh sama seperti kita yang hidup bersama dengan triliunan
manusia lainnya di bumi. Serupa tapi dalam bentuk yang tidak sama.
Menariknya lagi adalah setiap sel yang ada di dalam tubuh
manusia mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Sel-sel ini pun sangat
pintar. Misalkan sel-sel tersebut diangkat keluar dari tubuh manusia, mereka
bisa beradaptasi dan bertahan dengan caranya masing-masing. Selayaknya manusia
yang bisa mengenal lingkungannya dan beradaptasi seiring dengan waktu.
Selain itu, setiap sel ini juga mampu belajar dari
pengalaman dan mampu menyimpan memori. Seperti ketika ada sel baru masuk ke
dalam tubuh. Sel imun langsung mengenali sel baru yang masuk. Menandai ada
virus baru yang akan merusak jaringan di dalam tubuh. Antibodi langsung bekerja
sebagai pertahanan pertama. Sel tersebut langsung menyimpan memori. Jika
sewaktu-waktu datang kembali, maka sel dengan cepat sudah mengenali dan mampu
mengatasinya. Ini bukti bahwa sel memang pintar.
Sayangnya, belakangan ini manusia justru mendapat satu
pemikiran baru bahwa mikroorganisme yang bernama bakteri harus dibunuh dengan
sabun anti bakteri ataupun antibiotik. Keduanya ini sangat tidak pandang bulu,
mematikan bakteri yang memang berbahaya bagi tubuh sekaligus yang tidak
berbahaya. Mengabaikan bahwa ada bakteri yang juga penting bagi tubuh.
Contohnya saja bakteri di sistem pencernaan. Tentu ada
bakteri-bakteri yang berguna untuk menyerap vitamin dan mengolah makanan di
dalam usus. Tapi karena belakangan ini juga semakin marak tren makanan yang
dimodifikasi ini itu, maka bakteri di dalam usus pun mulai meronta-ronta dan
butuh pertolongan. Sayangnya, pertolongan pun datang bukan dari mengubah pola
makan tapi menggantinya dengan obat-obatan yang dianggap ampuh. Justru yang
terjadi adalah membuat sistem pencernaan semakin amburadul.
Sel hidup berdampingan dengan kita secara kasat mata. Tidak
hanya ada di dalam tubuh kita, tapi mereka juga ada di sekitar kita. Di alam,
tumbuhan, hewan. Jumlahnya pun sudah pasti melebihi jumlah populasi manusia.
Tapi sedikit banyak ekosistem mereka terganggu juga. Misalnya saja pemanasan
global yang saat ini terjadi di bumi. Penggundulan hutan yang membuat lapisan
ozon semakin menipis salah satunya. Tentu membuat sel terus berevolusi
mengikuti situasi dan kondisi.
Dan perlu diingat bahwa penyebab utama dari
semuanya ini siapa lagi kalau bukan ulahnya manusia itu sendiri. Sungguh miris.
No comments:
Post a Comment