Sampai juga nih di penghujung tahun 2021. Tahun yang masih juga didominasi dengan urusan Covid, dimana berita yang terdengar setiap hari pasti gak jauh-jauh dari situ. Semacam rumah makan siap saji kalau sedang menurun omsetnya lalu cepat-cepat bikin promo terbaru demi mengangkat lagi namanya, begitu juga nasibnya dengan virus ini. Beritanya mulai surut, masyarakat mulai ditakut-takuti lagi dengan kabar terpanas muncul varian terbaru yang lebih mematikan. Sontak orang-orang jadi parno lagi. Sukses jadi trending topik dunia lagi deh. Eaaa.
Tapi lucunya dari manusia-manusia yang ketakutan dengan
virus ini adalah begitu waktunya liburan hari raya tiba. Dengan dalih “stress
bikin imun menurun” ataupun “capek sama berita Covid”, mendadak tempat wisata
menjadi ramai. Orang berbondong-bondong pergi liburan dan rela membayar jutaan
rupiah untuk mendapat kenyamanan sesaat. Tentu ini karena peran vaksin juga sih
yang ditemukan dan disuntikkan massal di pertengahan tahun ini. Vaksin rasa obat
mujarab yang dianggap mampu menameng diri. Gak heran orang merasa jemawa
setelah divaksin, berasa kebal seperti Captain America yang kalau ditembak musuh
gak mati-mati. Ya padahal kan gak harus begitu juga yaaa… Cukup hidup seperti
biasa apa adanya. Hidup dalam ketenangan jiwa dan batin, itu sudah cukup
sebetulnya.
Berita keluarga dan sahabat yang mendadak berpulang pun juga
tidak sedikit di sepanjang tahun ini. Selalu ada saja berita yang bikin kaget
dan sedih ketika mendengarnya. Paling sedih adalah ketika salah satu pasangan
hidup ditinggal sendiri bersama dengan anak-anaknya ataupun kedua orang tua
berpulang dan meninggalkan anaknya sendiri. Sungguh susah dibayangkan, tapi semoga
saja mereka sanggup menjalaninya ya. Turut mendoakan kehidupan yang terbaik
buat mereka. 🙏
Covid dan antek-anteknya ini beneran bikin hidup lebih hidup
sih. Bikin hidup sedunia ini berubah drastis banget. Gak sedikit juga yang
gulung tikar bisnisnya, usahanya bangkrut. Namun ternyata ya, banyak juga
bermunculan ide bisnis baru di tengah pandemi ini. Memang manusia itu adaptif
dan kreatif ya. Ketemu aja jalan keluarnya dari setiap masalah.
Di saat yang bersamaan, gue juga meneruskan pekerjaan
dadakan yang muncul di era pandemi ini. Les online. Seiring berjalannya waktu,
tidak hanya les online lagi tapi tawaran mengajar tatap muka pun mulai
berdatangan. Karena sudah tidak memungkinkan lagi membelah diri antara berjualan
makanan beku dan mengajar privat, pelan tapi pasti gue harus memilih salah
satunya. Apalagi, sekitar bulan Oktober akhir kemarin sempat ada kabar kurang oke
bagi pedagang dadakan seperti kami ini. Banyak pedagang frozen food pandemi ini
mulai bermunculan yang tidak mempunyai ijin usaha menjual produk beku. Tidak
sedikit juga yang terkena kasus hukum. Dengan alasan ini juga, sementara waktu,
meskipun entah sampai kapan waktunya, Allella Kitchen memutuskan untuk vakum.
Tidak sedikit akhirnya
gue terlampau sayang dengan anak-anak didik gue, seakan anak sendiri. Mengajak
mereka kegiatan ini itu pun seakan mengingatkan gue ketika berkativitas dengan
Fritz kecil dulu. Hihihi. Mungkin karena minat dan energi gue besar di dunia
anak-anak ini ya, akhirnya gue didatangkan dengan kesempatan-kesempatan untuk
mengajar beberapa anak sekaligus di sepanjang tahun ini. Berkat yang tidak
terduga sebetulnya, dan tentu patut gue syukuri sih.
Di saat pandemi mungkin membuat sebagian orang merasa
terkukung dari kebebasan berkegiatan, justru gue merasa semakin berdaya dengan
di rumah saja ini. Kegiatan yang paling terasa adalah diskusi bersama
teman-teman dari komunitas CM Jakarta. Diskusi yang tadinya berjalan dari taman
kota ke taman kota lainnya, sejak pandemi semakin jaya di online. Diskusi yang
tadinya harus bawa gembolan tas dan menggeret anak naik kendaraan umum,
sekarang hanya dengan duduk santai di kasur dengan kaos kutang tanpa BH, celana
pendek dan muka kusut belum mandi pun bisa ikut diskusi.
Mungkin bagi sebagian orang diskusi setiap Selasa jam 1
sehabis makan siang itu gak banget ya, ganggu tidur siang banget emang sih itu,
tapi buat gue justru jadi semangat gue loh. Gue banyak terinspirasi dari
obrolan random teman-teman ini. Sedikit banyak membuka pikiran gue, “manusia-manusia
ini makan siangnya apaan ya, cespleng banget otaknya!” begitu gue bergumam
dalam hati. Gimana ya, mereka ini kalau sudah berdiskusi seperti kelar makan
petasan banting, obrolannya bisa saling sahut-sahutan dengan isi yang berbobot.
Mana rela gue tidur siang kalau begini sih.
Seperti yang tadi gue bilang, pandemi bikin berdaya itu.
Tahun ini juga gue punya tujuan untuk hidup gue. Bermula dari menjadi
fasilitator diskusi bersama dengan dua teman lainnya, Mba Ata dan Mba Zia, gue
menemani teman-teman baru yang kepengen belajar tentang CM lewat buku Cinta
yang Berpikir dan Volume VI. Awalnya jiper juga sih, gue yang notabene kurang
pintar berfilosofi dan kurang pintar menuangkan pikiran lewat obrolan bersama
orang dewasa, merasa canggung memulainya. Tapi lambat laun gue bisa mengalahkan
rasa canggung itu dan sedikit luwes. Tentu ini juga karena gue punya dua kawan
yang super hebat dan teman-teman diskusi yang membuat gue belajar banyak dari
mereka. Keren lah!
Tidak berhenti sampai situ. Tantangan baru diberikan ketika
CM Jakarta mencari koordinator komunitas. Ternominasikan lah nama gue bersama
dengan Ratna dan Mba Ficky yang keduanya menurut gue kandidat hebat untuk menjadi
koordinator dibanding gue. Kapasitas mereka dalam memahami filosofi CM begitu
kuat. Hidup mereka sepertinya udah CM based banget dah dibanding gue yang masih
utilitarian ini, masih sibuk nyari duit. Wkwkwkwk. Dan entah kesambet jin dari
mana, tahu-tahu gue malah menyodorkan diri sebagai KorKom alias Koordinator
Komunitas. Paling gengges lagi, setelah gue menyerahkan diri ini, jabatan
Korkom itu harus diemban selama 3 tahun. Ya gubraaaak……*pingsan 😖
Buat gue yang belum pernah memegang jabatan kepemimpinan,
ini PR besar sih. Gue perlu banyak belajar dalam menjalani peran ini. Berbagi
tugas, menyerahkan tugas serta melatih diri untuk tidak gampang terbawa emosi –
ya entah marah, ngambek, baper ataupun sensitif, perlu banget dikelola dengan
benar kan. Aku kan manusia biasa juga, Bu Ibuuuu. Semoga aja ya gue bisa berproses
di sini. Doakan saya selama 3 tahun!! *sungguh kuterjebak…
Berdaya lainnya lagi, yang selama ini gue pengen banget
pelajari, yaitu belajar menerjemah. Dan tahun ini gue didatangkan kesempatan
itu. Meskipun di awal-awal itu sempat frustrasi, merasa terjemahan gue sering
banyak salahnya ketimbang benernya, tapi semakin ke sini mulai agak pede
sedikit. Sedikit loh ya. Karena menurut gurunya, tidak boleh jemawa sebagai
penerjemah itu. Perasaan sombong itu kudu dibuang jauh-jauh. Jadi, bangga
sedikit aja, jangan kebanyakan. Takut nanti terbang gak turun-turun lagi. 😁
Lainnya lagi masih terkait dengan komunitas satu ini adalah
selalu mengajak belajar sesuatu yang baru. Tentu gak jauh-jauh dari buku,
diskusi dan narasi. Ketiganya itu harus berjalan beriringan memang. Selama
hampir setahun ini bacaan buku gue juga sedikit lebih banyak ketimbang tahun
lalu. Cieeee. 😂😂 Meski bukan tukang baca buku, bisa menyelesaikan satu demi
satu buku yang dibaca, rasanya udah seneng banget. Apalagi setelah selesai baca
buku bisa menarasikannya dalam bentuk tulisan, semakin cakep lagi sih itu.
Setelah lama gue vakum di Komunitas Sahabat – 4 tahun aja
vakumnya, cuiy. Tahun ini gue memutuskan untuk kembali berkegiatan di sana.
Ternyata selama 4 tahun ini banyak sekali perubahan yang terjadi. Yang paling
kentara itu adalah betapa jauh ya jarak umur gue dengan kakak-kakak pendamping
ini. Rata-rata mereka adalah generasi 90an, alias yang lahir di tahun 90an. Jadi
semakin kelihatan banget ya tuwirnya gue diantara mereka. Tentu juga ini
jadi kesenangan tersendiri sih. Gaul sama anak muda itu jadi bikin gue awet
muda juga. Mahapenting ini! 😂
Ada misi yang gue tuju sebetulnya ketika memilih untuk
kembali beraktivitas di sana. Gue mencoba mengajak teman-teman ini berkenalan
dengan dunia metode Charlotte Mason dalam memberi pengajaran ke anak-anak. Memasukkan
pemikiran baru ini tentu bukan hal mudah. Sudah 3 bulan terakhir ini gue
membawa misi itu ke anak-anak. Sedikit demi sedikit sudah terjadi. Awalnya
anak-anak agak tidak nyaman ketika diminta untuk bernarasi, tapi berjalannya waktu
mereka sudah terbiasa dengan metode ini. Metode sederhana tapi penuh dengan
taktik dalam menjalankannya. Apalagi bagi kakak-kakak pendamping yang selalu
berganti setiap bulannya. Bukan perkara mudah untuk membimbing mereka. Dan gue
tetap mau bertahan dan tidak akan menyerah untuk menjalankan misi ini. Wish me
luck, gaessss….
Kegiatan yang dikerjakan dari tahun lalu pun masih ada
beberapa juga yang masih rutin dijalankan. Salah satunya kegiatan online Fritz
di rumah. Semakin banyak aja kegiatan yang dikerjakannya bersama dengan
teman-teman komunitas CM. Hari-harinya pun sibuk dalam seminggu dari balik
layar, yang tentunya berefek banyak dalam kemalasannya untuk bergerak. Sepertinya
ini akan menjadi target tahun depan nih. Perlu banyak beraktivitas di luar
ruangan.
Begitu juga dengan gue. Meskipun saat ini kegiatan dari
balik layar dan luar ruangan mulai berimbang kapasitasnya, tapi gue masih
merasa menjaga diri ini masih kurang dilakukan dengan rutin. Masih aja beberapa
kali bolong melakukan olahraga pagi. Malas bangun pagi menjadi alasan utama
yang susah sekali dilawan oleh diri. Asupan bagi tubuh pun kadang masih jadi PR
tersendiri. Seringnya jatuh kedalam lubang promo gofood lagi-lagi jadi alasan
pembenaran buat makan enak. Padahal tahu sendiri efeknya seperti apa ketika yang
dimakan buat sesuatu yang baik bagi tubuh. Masih juga dagingnya diutamakan sih
ya, mulut tetap jadi nomor satu ketimbang mikirin pencernaan. Pengen nabok diri
sendiri gak sih kalau sudah begini. 😋😋
Welcome 2022…..💃💃