Menulis Kenangan di Buku Harian - Lievell

Wednesday, December 15, 2021

Menulis Kenangan di Buku Harian

 Tahun 2021 diawali dengan memulai kembali rajin menulis di buku harian. Satu kegiatan yang sudah lama banget sebetulnya ditinggalkan. Kira-kira jaman SMA lah masih rajin, tapi sejak masuk kuliah mulai bolong-bolong dan akhirnya bablas sampai sekarang. Sempat sih beberapa kali nulis di laptop atau di binder gitu, eh bertahan hanya sehari dua hari habis itu niatnya hilang ditelan bumi. 😁 Nah sejak meniatkan diri menulis lagi di buku harian, sampai dibela-belain beli buku khusus, mulai deh rajin setiap hari ditulis. Segala apa juga diceritakan di situ. Dari yang seru banget harinya sampai yang receh macam semalam habis mimpi pacaran sama Johnny Depp, yang mukanya masih muda yee bukan yang dah peot seperti sekarang, juga ditulis. Dan kebayang dong waktu nulisnya gue bisa sampe mesem-mesem sendiri gitu. πŸ˜‚πŸ˜‚


Tujuan memulai kebiasaan menulis di buku harian ini sebetulnya sederhana sih. Pastinya setiap hari itu ada sesuatu yang bisa diceritakan, meski hanya hari biasa aja. Tapi menurut gue, si tipe ekstrovert yang gemar bercerita apa aja dan gak bakal berhenti kalau gak disumpel mulutnya pakai makanan, setiap hari itu punya kenangan tersendiri dan sayang banget untuk dilewatkan momennya, gitu. Mau dibagi ke media sosial, takut yang baca eneg. “Lo rajin banget sih nyetatus, Tep!” Bisa-bisa gue di unfollow berjamaah karena terlalu rajin posting. Selain itu juga, gue mau membebaskan jiwa teman-teman yang saban hari was-was karena takut diteror sama curhatan panjang dari gue. Ditambah lagi, gue juga harus menyayangi nyawa pasangan hidup gue. Kasian kan kalau dia terlalu sering mendengarkan curhatan gue. πŸ˜‹πŸ˜‹


Dengan rajin menulis di buku harian, sebenarnya gue jadi terlatih untuk menguntai kata menjadi kalimat yang baik sih. Apalagi gue sering banget gagal mensinkronisasikan otak dengan mulut. Kayanya di otak itu sudah pengen ngomong gini, eh begitu diucapkan susunan kalimatnya jadi amburadul. Nah, seiring dengan sering menulis di buku harian, pelan-pelan gue jadi bisa mengatur tutur bahasa gue sehingga terdengar lebih cakep susunannya. Tsaaah. 😜


Disamping itu, gue pernah dengar atau baca di mana gitu, kalau menulis mampu membantu untuk mengurai emosi. Apalagi kalau ditambah menulisnya dengan tangan, bukan dengan laptop. Jadi semacam terapi juga ya menulis buku harian ini. Dan benar loh. Sedikit banyak gue jadi mampu melepaskan emosi tanpa harus membebankan ke orang di luar diri gue. Meski pegal juga sih kadang-kadang kalau lagi curhat itu, secara nulisnya pakai otot yang dah puluhan tahun gak diajak menulis. Wkwkwkwk.πŸ˜‚πŸ˜‚


Sayangnya, melatih konsistensi itu tidak mudah, Sis… 


Menulis buku harian ini pun terpaksa berhenti di bulan Juli, tepat gue terkena Covid dan mulai merasa tidak mampu lagi menjalankan rutinitas menulis buku harian. Tapi sepertinya gue akan kembali lagi menulis, karena gue bisa merasakan begitu banyak hal positif terjadi yang gue dapat dari menulis kenangan di buku harian....


** Ini terakhir kali gue membuat doodling di awal bulan Agustus, tapi tentu aja tidak ada curhatan-curhatan gue yang ditulis setelahnya.

No comments:

Post a Comment