Bergerak itu naluri alami yang dimiliki oleh setiap manusia. Lihat saja anak kecil yang suka bergerak ke sana kemari, yang kadang membuat orang tuanya menggelengkan kepala dan berujar, “Tidak ada habis-habisnya tenaga anak ini.” Justru begitulah yang sebaiknya terjadi pada anak-anak. Mereka harus dan perlu untuk bergerak. Energi yang terus ada stoknya setiap harinya perlu untuk dikeluarkan. Dan akan lebih banyak hal yang bermanfaat lagi jika anak-anak ini mengeluarkan energinya dengan diajak bergerak ke alam bebas.
Namun sayangnya, semakin bertambahnya umur dan menjadi
manusia dewasa, bergerak ini tidak lagi menjadi kewajiban yang perlu dilakukan.
Slogan “mager” ataupun “kaum rebahan” menjadi sering digaungkan seakan itu
sesuatu yang memang benar untuk dijalankan. Padahal sebetulnya, ada kegelisahan
dalam diri jika tubuh tidak digerakkan. Tubuh akan merasa tidak nyaman karena
ada energi yang tidak keluar dari dalam tubuh. Aliran darah pun tidak
mengalirkan oksigen dengan baik. Dan kebiasaan ini jika terus dijalankan, tentu
saja akan mendatangkan malapetaka di kemudian hari.
Selain tubuh yang tidak nyaman, pikiran pun terganggu. Apalagi
jika bukan karena ada oksigen yang mampet mengalir ke otak. Sehingga membuat
pikiran ikutan mogok untuk diajak berpikir. Jika sudah begini, jangankan diajak
untuk bergerak, diajak mikir berat pun ogah. Kegelisahan dalam diri pun akan
menjadi-jadi, ya itu, karena ada kebutuhan bergerak yang kurang dilakukan.
Ada yang kurang aktif bergerak, namun ada juga yang senang
sekali menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan dalam kesehariannya. Bahkan
terlalu aktif, sampai-sampai tidak ada waktu untuk menghela nafas saking sibuknya.
Seperti yang terjadi dengan anak-anak yang sering kebablasan dalam bermain,
sehingga ingin bermain terus-terusan. Lupa waktu. Selain itu banyak juga orang tua
yang gatal melihat anaknya seakan tidak ada kegiatan yang dikerjakan. Anaknya
diikutkan berbagai aktivitas ini dan itu, yang lantas lupa menilik kembali
sebenarnya apa tujuan utama dalam beraktivitas itu? Jangan heran saat ini banyak
sekali anak-anak yang tumbuh tanpa inisiatif mencari kegiatan untuk menyibukkan
dirinya sendiri. Dan semakin banyak juga anak-anak, maupun orang dewasa, yang
tidak tahan dengan satu kegiatan untuk jangka waktu yang lama.
Apakah ini juga menjadi masalah? Tentu ini bisa mendatangkan
masalah tersendiri jika menjadi aktif sudah merugikan diri sendiri. Apalagi ketika
menjalankan banyak kegiatan ini itu kebablasan hanya untuk memuaskan ambisi
semata. Belum lagi jika ada terselip niat untuk menyombongkan diri karena ingin
dianggap hebat dan merasa butuh dipuji. Ini sudah menjadi tanda-tanda kegelisahan
aktif bergerak yang sudah mendadak ngelunjak menjadi tuan bagi diri kita.
Setelah hari-hari yang melelahkan, tubuh pasti memberikan
sinyal agar ia diberikan waktu untuk istirahat. Diam dan rehat menjadi pilihan
yang bijaksana dalam menanggapinya. Jangan juga menjadi merasa bersalah karena
membiarkan tubuh beristirahat. Berikan waktu lah meski sejenak. Namun di
samping itu, jangan juga menjadikan istirahat ini sebagai alasan untuk bermalas-malasan.
Lalu membiarkan nalar untuk merasionalisasikan segala macam alasan. Nalar kan
suka begitu, seringnya mengajak pikiran untuk tawar menawar agar dibenarkan.
Ah, susahnya hidup ya. Terlalu aktif, terasa salah. Menjadi
malas pun juga salah. Lantas, apa sih sebetulnya yang perlu dilakukan?
Kenali diri sendiri menjadi kunci jawabannya. Peka akan
kebutuhan tubuh. Jika memang dirasa tubuh sudah terlalu aktif, boleh lah untuk
membiarkannya beristirahat. Tentu ketika rehat pun tidak ada rasa menyesal
karena memberikan tubuh kesenangan sementara. Tetapi perlu diingat juga, energi
di dalam tubuh itu stoknya selalu baru setiap hari dan butuh untuk dibakar,
dengan cara digerakkan. Bukan terbuai dengan kemalasan sebagai kaum rebahan
tadi.
Selain itu, diperlukan juga refleksi diri. Terus menerus
bertanya kepada diri sendiri, apakah ini yang kubutuhkan? Apakah hari ini aku
sudah cukup bergerak? Apakah hari ini terlalu aktif? Apakah kegiatan ini untuk diriku?
Apa yang dicari dari ini? Untuk kepuasaan diriku? Untuk dianggap hebat? Ingin
dipuji? Dan berbagai pertanyaan yang hanya mampu dijawab jujur oleh diri
sendiri.
No comments:
Post a Comment