Perjalanan 2021 - Lievell

Monday, December 27, 2021

Perjalanan 2021

 

Sampai juga nih di penghujung tahun 2021. Tahun yang masih juga didominasi dengan urusan Covid, dimana berita yang terdengar setiap hari pasti gak jauh-jauh dari situ. Semacam rumah makan siap saji kalau sedang menurun omsetnya lalu cepat-cepat bikin promo terbaru demi mengangkat lagi namanya, begitu juga nasibnya dengan virus ini. Beritanya mulai surut, masyarakat mulai ditakut-takuti lagi dengan kabar terpanas muncul varian terbaru yang lebih mematikan. Sontak orang-orang jadi parno lagi. Sukses jadi trending topik dunia lagi deh. Eaaa. 

 

Tapi lucunya dari manusia-manusia yang ketakutan dengan virus ini adalah begitu waktunya liburan hari raya tiba. Dengan dalih “stress bikin imun menurun” ataupun “capek sama berita Covid”, mendadak tempat wisata menjadi ramai. Orang berbondong-bondong pergi liburan dan rela membayar jutaan rupiah untuk mendapat kenyamanan sesaat. Tentu ini karena peran vaksin juga sih yang ditemukan dan disuntikkan massal di pertengahan tahun ini. Vaksin rasa obat mujarab yang dianggap mampu menameng diri. Gak heran orang merasa jemawa setelah divaksin, berasa kebal seperti Captain America yang kalau ditembak musuh gak mati-mati. Ya padahal kan gak harus begitu juga yaaa… Cukup hidup seperti biasa apa adanya. Hidup dalam ketenangan jiwa dan batin, itu sudah cukup sebetulnya.

 

Berita keluarga dan sahabat yang mendadak berpulang pun juga tidak sedikit di sepanjang tahun ini. Selalu ada saja berita yang bikin kaget dan sedih ketika mendengarnya. Paling sedih adalah ketika salah satu pasangan hidup ditinggal sendiri bersama dengan anak-anaknya ataupun kedua orang tua berpulang dan meninggalkan anaknya sendiri. Sungguh susah dibayangkan, tapi semoga saja mereka sanggup menjalaninya ya. Turut mendoakan kehidupan yang terbaik buat mereka. 🙏

 

Covid dan antek-anteknya ini beneran bikin hidup lebih hidup sih. Bikin hidup sedunia ini berubah drastis banget. Gak sedikit juga yang gulung tikar bisnisnya, usahanya bangkrut. Namun ternyata ya, banyak juga bermunculan ide bisnis baru di tengah pandemi ini. Memang manusia itu adaptif dan kreatif ya. Ketemu aja jalan keluarnya dari setiap masalah.

 

Begitu juga dengan cerita gue di tahun 2021 ini. Banyak juga yang terjadi dan membuat gue semakin bersyukur dengan pandemi ini. Hampir di sepanjang tahun ini, sebetulnya sudah dari tahun kemarin juga, gue berkutat di urusan jualan frozen food. Di bawah bendera Allella Kitchen, hampir dua mingguan sekali gue dan bapak Ali ini buka pesanan alias PO makanan. Berduaan, kadang-kadang si Boy juga diajak (baca: dipekerjakan 😜) juga untuk membantu, berkutat di dapur mini apartemen.

 

Di saat yang bersamaan, gue juga meneruskan pekerjaan dadakan yang muncul di era pandemi ini. Les online. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya les online lagi tapi tawaran mengajar tatap muka pun mulai berdatangan. Karena sudah tidak memungkinkan lagi membelah diri antara berjualan makanan beku dan mengajar privat, pelan tapi pasti gue harus memilih salah satunya. Apalagi, sekitar bulan Oktober akhir kemarin sempat ada kabar kurang oke bagi pedagang dadakan seperti kami ini. Banyak pedagang frozen food pandemi ini mulai bermunculan yang tidak mempunyai ijin usaha menjual produk beku. Tidak sedikit juga yang terkena kasus hukum. Dengan alasan ini juga, sementara waktu, meskipun entah sampai kapan waktunya, Allella Kitchen memutuskan untuk vakum.

 

Sekitar 20 tahunan terakhir ini, hidup gue selalu berkutat dengan anak-anak. Gue lebih bisa mengobrol dengan luwes ketika bersama anak ketimbang dengan orang dewasa. Bagi gue anak-anak itu jauh lebih tulus dalam bercerita, tidak ada yang dibuat-buat dan juga tidak ada kebohongan di sana. Apalagi kalau melihat mereka bercerita dengan matanya yang berbinar-binar. Euuh, meleleh hati gue. Karena inilah gue jatuh cinta sekali dengan dunia mereka dan mengajar menjadi media gue untuk dekat dengan mereka. 

Tidak sedikit akhirnya gue terlampau sayang dengan anak-anak didik gue, seakan anak sendiri. Mengajak mereka kegiatan ini itu pun seakan mengingatkan gue ketika berkativitas dengan Fritz kecil dulu. Hihihi. Mungkin karena minat dan energi gue besar di dunia anak-anak ini ya, akhirnya gue didatangkan dengan kesempatan-kesempatan untuk mengajar beberapa anak sekaligus di sepanjang tahun ini. Berkat yang tidak terduga sebetulnya, dan tentu patut gue syukuri sih.

 

Di saat pandemi mungkin membuat sebagian orang merasa terkukung dari kebebasan berkegiatan, justru gue merasa semakin berdaya dengan di rumah saja ini. Kegiatan yang paling terasa adalah diskusi bersama teman-teman dari komunitas CM Jakarta. Diskusi yang tadinya berjalan dari taman kota ke taman kota lainnya, sejak pandemi semakin jaya di online. Diskusi yang tadinya harus bawa gembolan tas dan menggeret anak naik kendaraan umum, sekarang hanya dengan duduk santai di kasur dengan kaos kutang tanpa BH, celana pendek dan muka kusut belum mandi pun bisa ikut diskusi.

 

Mungkin bagi sebagian orang diskusi setiap Selasa jam 1 sehabis makan siang itu gak banget ya, ganggu tidur siang banget emang sih itu, tapi buat gue justru jadi semangat gue loh. Gue banyak terinspirasi dari obrolan random teman-teman ini. Sedikit banyak membuka pikiran gue, “manusia-manusia ini makan siangnya apaan ya, cespleng banget otaknya!” begitu gue bergumam dalam hati. Gimana ya, mereka ini kalau sudah berdiskusi seperti kelar makan petasan banting, obrolannya bisa saling sahut-sahutan dengan isi yang berbobot. Mana rela gue tidur siang kalau begini sih.

 

Seperti yang tadi gue bilang, pandemi bikin berdaya itu. Tahun ini juga gue punya tujuan untuk hidup gue. Bermula dari menjadi fasilitator diskusi bersama dengan dua teman lainnya, Mba Ata dan Mba Zia, gue menemani teman-teman baru yang kepengen belajar tentang CM lewat buku Cinta yang Berpikir dan Volume VI. Awalnya jiper juga sih, gue yang notabene kurang pintar berfilosofi dan kurang pintar menuangkan pikiran lewat obrolan bersama orang dewasa, merasa canggung memulainya. Tapi lambat laun gue bisa mengalahkan rasa canggung itu dan sedikit luwes. Tentu ini juga karena gue punya dua kawan yang super hebat dan teman-teman diskusi yang membuat gue belajar banyak dari mereka. Keren lah!


 

Tidak berhenti sampai situ. Tantangan baru diberikan ketika CM Jakarta mencari koordinator komunitas. Ternominasikan lah nama gue bersama dengan Ratna dan Mba Ficky yang keduanya menurut gue kandidat hebat untuk menjadi koordinator dibanding gue. Kapasitas mereka dalam memahami filosofi CM begitu kuat. Hidup mereka sepertinya udah CM based banget dah dibanding gue yang masih utilitarian ini, masih sibuk nyari duit. Wkwkwkwk. Dan entah kesambet jin dari mana, tahu-tahu gue malah menyodorkan diri sebagai KorKom alias Koordinator Komunitas. Paling gengges lagi, setelah gue menyerahkan diri ini, jabatan Korkom itu harus diemban selama 3 tahun. Ya gubraaaak……*pingsan 😖

 

Buat gue yang belum pernah memegang jabatan kepemimpinan, ini PR besar sih. Gue perlu banyak belajar dalam menjalani peran ini. Berbagi tugas, menyerahkan tugas serta melatih diri untuk tidak gampang terbawa emosi – ya entah marah, ngambek, baper ataupun sensitif, perlu banget dikelola dengan benar kan. Aku kan manusia biasa juga, Bu Ibuuuu. Semoga aja ya gue bisa berproses di sini. Doakan saya selama 3 tahun!! *sungguh kuterjebak…

 

Berdaya lainnya lagi, yang selama ini gue pengen banget pelajari, yaitu belajar menerjemah. Dan tahun ini gue didatangkan kesempatan itu. Meskipun di awal-awal itu sempat frustrasi, merasa terjemahan gue sering banyak salahnya ketimbang benernya, tapi semakin ke sini mulai agak pede sedikit. Sedikit loh ya. Karena menurut gurunya, tidak boleh jemawa sebagai penerjemah itu. Perasaan sombong itu kudu dibuang jauh-jauh. Jadi, bangga sedikit aja, jangan kebanyakan. Takut nanti terbang gak turun-turun lagi. 😁

 

Lainnya lagi masih terkait dengan komunitas satu ini adalah selalu mengajak belajar sesuatu yang baru. Tentu gak jauh-jauh dari buku, diskusi dan narasi. Ketiganya itu harus berjalan beriringan memang. Selama hampir setahun ini bacaan buku gue juga sedikit lebih banyak ketimbang tahun lalu. Cieeee. 😂😂 Meski bukan tukang baca buku, bisa menyelesaikan satu demi satu buku yang dibaca, rasanya udah seneng banget. Apalagi setelah selesai baca buku bisa menarasikannya dalam bentuk tulisan, semakin cakep lagi sih itu.

 

Nah, menuju beberapa bulan sebelum akhir tahun, gue bersama dengan teman-teman CM Jakarta memilih satu buku berjudul Biology of Belief. Ini menjadi buku yang mencerahkan jiwa banget sih. Bacanya aja buat gue butuh 4 bulan sendiri untuk sampai selesai. Tapi efeknya luar biasa sekali. Bagaimana ilmu itu saling terkait menurut CM, terjawab juga dalam buku ini. Keren banget lah. Tentunya grup kecil bahas buku ini masih akan menjalankan misinya di tahun depan. Uhuuuyyy. Can’t wait to explore together with them!!

 

Setelah lama gue vakum di Komunitas Sahabat – 4 tahun aja vakumnya, cuiy. Tahun ini gue memutuskan untuk kembali berkegiatan di sana. Ternyata selama 4 tahun ini banyak sekali perubahan yang terjadi. Yang paling kentara itu adalah betapa jauh ya jarak umur gue dengan kakak-kakak pendamping ini. Rata-rata mereka adalah generasi 90an, alias yang lahir di tahun 90an. Jadi semakin kelihatan banget ya tuwirnya gue diantara mereka. Tentu juga ini jadi kesenangan tersendiri sih. Gaul sama anak muda itu jadi bikin gue awet muda juga. Mahapenting ini! 😂

 

Ada misi yang gue tuju sebetulnya ketika memilih untuk kembali beraktivitas di sana. Gue mencoba mengajak teman-teman ini berkenalan dengan dunia metode Charlotte Mason dalam memberi pengajaran ke anak-anak. Memasukkan pemikiran baru ini tentu bukan hal mudah. Sudah 3 bulan terakhir ini gue membawa misi itu ke anak-anak. Sedikit demi sedikit sudah terjadi. Awalnya anak-anak agak tidak nyaman ketika diminta untuk bernarasi, tapi berjalannya waktu mereka sudah terbiasa dengan metode ini. Metode sederhana tapi penuh dengan taktik dalam menjalankannya. Apalagi bagi kakak-kakak pendamping yang selalu berganti setiap bulannya. Bukan perkara mudah untuk membimbing mereka. Dan gue tetap mau bertahan dan tidak akan menyerah untuk menjalankan misi ini. Wish me luck, gaessss….

 

Kegiatan yang dikerjakan dari tahun lalu pun masih ada beberapa juga yang masih rutin dijalankan. Salah satunya kegiatan online Fritz di rumah. Semakin banyak aja kegiatan yang dikerjakannya bersama dengan teman-teman komunitas CM. Hari-harinya pun sibuk dalam seminggu dari balik layar, yang tentunya berefek banyak dalam kemalasannya untuk bergerak. Sepertinya ini akan menjadi target tahun depan nih. Perlu banyak beraktivitas di luar ruangan.

 

Begitu juga dengan gue. Meskipun saat ini kegiatan dari balik layar dan luar ruangan mulai berimbang kapasitasnya, tapi gue masih merasa menjaga diri ini masih kurang dilakukan dengan rutin. Masih aja beberapa kali bolong melakukan olahraga pagi. Malas bangun pagi menjadi alasan utama yang susah sekali dilawan oleh diri. Asupan bagi tubuh pun kadang masih jadi PR tersendiri. Seringnya jatuh kedalam lubang promo gofood lagi-lagi jadi alasan pembenaran buat makan enak. Padahal tahu sendiri efeknya seperti apa ketika yang dimakan buat sesuatu yang baik bagi tubuh. Masih juga dagingnya diutamakan sih ya, mulut tetap jadi nomor satu ketimbang mikirin pencernaan. Pengen nabok diri sendiri gak sih kalau sudah begini. 😋😋

 

Sampai juga ya di akhir tahun 2021. Waktunya juga bagi kita untuk berefleksi selama setahun ini. Terima kasih semesta untuk segala hal baik dan tidak baik yang datang ke dalam hidup. Perjalanan apa yang akan datang di tahun depan, entahlah. Hanya bisa percaya, jika energi positif yang kita pikirkan dilemparkan, semesta dan beserta isinya pun akan menangkap sinyal-sinyal itu dan mengembalikannya ke hadapan kita.

 

Welcome 2022…..💃💃

No comments:

Post a Comment