Adalah Tante Rina dan Tante Tarti yang semangat mengajak kami untuk datang mampir ke rumah penginapannya di daerah Tanjung Lesung. Lokasinya menarik sekali, benar-benar tepat berhadapan dengan pantai. Plus hening, karena di sekitar lokasi hanya ada rumah penginapan Tante Rina tanpa ada rumah atau bangunan lain. Lokasi menarik untuk merefleksikan hidup ya.
Bersama dengan kelima suster dari ordo RGS - Religious of The Good Sheperd aka Susteran Gembala Baik (Sr. Lia, Sr. Lidwina, Sr. Magda, Sr. Nita, Sr. Yasinta) dan dua teman dari Pasar Geret (Shinta dan Ci Yanti), kami saling mengisi waktu bersama di akhir pekan ini. Kami benar-benar terhibur dengan para suster yang senang sekali melontarkan becandaan dengan Tante Rina dan Tante Tarti. Suasana jadi seru dan cair banget. Sering banget kami ngakak gak berhenti dengerin mereka bercanda. Kocak banget lah.
Kehadiran para suster ini juga menjadi keuntungan bagi Fritz. Mereka membawa satu tas isi board games. Ada Monopoli, Otello, Halma, Ludo, Ular Tangga, Scrabble dan bahkan kartu remi. Tiga dari lima suster yang ada (Sr. Lia, Sr. Nita dan Sr. Lidwina) merasa senang sekali mendapat pelatihan kilat bermain Monopoli, Otello dan juga main kartu 41 dari Fritz. Sebutannya pun menjadi Guru Gam(bl)er. :D
"Liburan kaya gini nih yang Izzie suka, Ma. Gak kemana-mana, main aja seharian." - begitu pendapat si Boy.
Kami datang di hari Sabtu pagi. Kami berangkat jam 4 pagi dan sampai di sana jam 8. Sewaktu kami datang, teman-teman ini sudah datang dari sehari sebelumnya. Mereka sudah selesai dengan sarapan pagi dan ingin bermain di pinggir pantai. Dan kebetulan, kami disambut oleh mantis yang lalu menjadi perhatian beberapa orang. Langsung cepet ambil kamera dan ceprat cepret deh diabadikan.
Fritz pun bergegas mengganti pakaiannya dan siap bermain di pinggir pantai. Kebetulan mereka juga sedang berendam, Fritz pun diajak untuk ikut bareng. Jadi satu keuntungan buat emak babehnya buat jalan berduaan sambil menyusuri pinggir pantai yang banyaaaaak sekali kerang dengan berbagai bentuk unik.
Ada salah satu suster, Sr. Magda, yang rajin mengumpulkan kerang-kerang berbentuk unik ini. Ia senang menaruhnya sebagai hiasan untuk berdoa. Jadi bersuasana alami, katanya. Menarik ya.
Sayangnya cuaca sedikit kurang bersahabat. Kami sering mendapati mendung dan turun hujan ketimbang cuaca cerah. Sempat kami sudah semangat makan siang di luar ruangan, ceritanya menikmati makan siang pinggir pantai. Menunya pun juga sudah ciamik banget nih. Sayur asem, tahu tempe bacem, ikan asin dan tentu sambal yang semuanya hasil masakan rumah dari kedua tante ini. Semuanya pun sudah tertata rapi. Kami pun sudah mulai makan. Ealaaah, mendadak rintik hujan dan diakhiri dengan tergopoh-gopoh membawa kembali segalanya ke dalam rumah karena hujan langsung deras. Gagal maning deh menikmati suasana piknik depan pantai. :P
Ada satu momen menyenangkan ketika masing-masing menceritakan tentang siapa dan apa komunitas kami ini. Ada Pasar Geret yang mana diwakili oleh Shinta dan ci Yanti. Pasar Geret ini adalah kumpulan teman-teman yang sudah tersadarkan akan gaya hidup sehat. Mereka mengkonsumsi makanan yang merupakan hasil olahan sendiri. Begitupun dengan Tante Rina dan Tante Tarti lewat Tanah Laut. Karena seringnya mereka berinteraksi satu sama lain, akhirnya diwujudkan dalam satu event yang bernama Pasar Geret. Selain lebih memudahkan teman-teman ini berinteraksi secara offline, mereka pun mempunyai misi untuk mengedukasi masyarakat tentang hidup sehat yang berawal dari pencernaan.
Lalu bagian kami yang menceritakan tentang perjalanan homeschooling kami. Dilanjut oleh Sr. Lia yang menceritakan ordo mereka yang bermisi untuk mendampingi perempuan dan anak-anak. Salah satunya adalah untuk ibu tunggal dan anaknya. Bagaimana mereka bersinergi dengan psikolog saling membantu untuk mendampingi para ibu tunggal dan juga anaknya yang semakin banyak di kalangan umat Katolik.
Sr. Lia sendiri juga mempunyai pekerjaan lainnya, ia membuat kurikulum bagi 8 PAUD yang didanai oleh keuskupan. Dimana dalam pelaksanaannya ada penyimpangan teknis yang cukup mengganggu, sehingga para suster ini ditugaskan sebagai perpanjangan tangan dari pihak keuskupan. Semoga dimudahkan misinya para suster ini, karena betul-betul dibutuhkan perjuangan yang sangat panjang untuk meluruskannya. Tercengang sih dengar ceritanya.
Hari pun masih panjang sampai malam, apalagi di sana sinyal susah sekali. Benar-benar GSM ini judulnya - Geser Sedikit Mati. Zonk banget sinyalnya. Ada spot-spot tertentu yang masih bisa, tapi begitu hujan lebat dan hari semakin malam, sinyal di spot itu hilang tanpa jejak. Jadilah beneran hening. Hihihi.
Waktu pun diisi dengan berbagi cerita, ngobrol, bercanda dan juga makaaaaan!! Wah ini sih parah. Mulut beneran tidak berhenti mengunyah. Gue sih!! Hahaha. Semua makanan yang disajikan hasil buatan sendiri. Ada berbagai macam cokelat, kue sus dengan isian cokelat disertai dengan rum serta wine yang mana semuanya ini adalah hasil dari Tanah Laut. Ada pula kue bolu hasil buatan ci Yanti yang menggunakan tepung mokaf. Enak ternyata, kali pertama nih makan kue dari tepung mokaf. Ini sampai lupa sebetulnya ngelist makanan apa saja yang tayang. Otak-otak ikan dari Allella Kitchen juga tayang lah pastinya, dan ini digoreng langsung oleh Mamang Dilan eh Bang Ali. :P
Eh iya, lupa cerita. Sorenya itu aku dan Ali diajak Tante Rina untuk jalan-jalan. Ceritanya ngeramban, eh yang ada malah Tante Rina kasih materi. Ini taneman jahe, Tep. Ini labu, bunganya edible, bisa dimakan, Tep. Ini kacang tanah, ini daun ubi, ini kacang panjang dan banyak lagi. Huahahahaha. Segitu gak pahamnya gue tentang tanaman. Dudulipet lah. :P
Beneran seru sih dapat pengalaman banyak dari jalan-jalan sore ke kebunnya Tante Rina. Semuanya berguna, tidak ada tanaman yang asal ditanam.
Selesai makan malam dan cuci-cuci serta beberes, mulailah satu persatu masuk ke kamar dan beristirahat. Begitu juga kami. Sempat mengobrol dengan Fritz dan dia menyampaikan betapa senangnya dia liburan seperti ini. Meskipun beberapa kali dia sering digodain oleh Sr. Lia dan Sr. Lidwina yang memang sudah memutih rambutnya, serta Oma Rina dan Oma Tarti karena temannya jadi nenek-nenek semua, tapi Fritz benar-benar suka bisa berinteraksi dengan mereka. Awalnya dia pikir semua suster tidak lucu, tidak suka melawak, serius penampakannya. Sekarang dia baru sadar bahwa suster pun juga manusia yang hobi ngebanyol sampai bikin sakit perut. :D :D :D
Pagi hari kami disambut hujan rintik dan mendung bergelayut. Fritz yang pengen banget melihat sunrise dan sudah bangun dari jam 4.30, terpaksa manyun. Ternyata eh ternyata, menurut Oma Tarti, di tempatnya hanya bisa melihat sunset, matahari tenggelam saja. Lalu dia pun masih semangat untuk main di pantai. Meskipun hujan masih rintik, dia tetap kembali ke pantai dan minta ditemenin. Jadi deh kami berdua basah-basahan karena kehujanan.
Waktu berjalan sangat cepat. Sekitar pukul 10 pagi, kami siap meninggalkan lokasi setelah menikmati makan pagi, beberes, bertransaksi singkong, ubi dan pisang tanduk serta memasukkan barang ke dalam mobil. Tentunya pepotoan tidak lupa dong.
Ini akan jadi kenangan manis banget sebelum penutupan tahun 2020. Kami sangat menikmati akhir pekan kami ini loh. Pemandangan yang tersajikan selama dua hari ini bikin segar mata, hati dan pikiran. Tentunya ini semua berkat yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata apapun. Sungguh berterima kasih untuk kesempatan istimewa atas ajakan kedua Tante ini yang sebetulnya akupun juga baru kenal belum lama. Berkat melimpah ya, Tante Rina dan Tante Tarti. Tuhan berkati!
Terimakasih Stephanie untuk refleksi yang sangat indah. Terimakasih untuk sharing hidup yang luar biasa.....kita tetap bersatu dalam doa ������
ReplyDelete